Foto : Simulasi pelatihan menghadapi bencana banjir dalam acara Gladi Lapang dan Gladi Posko di Kantor Kel. Kalibaru, Kec.Cilincing, Jakarta Utara, Sabtu (7/4/18).

 Jakarta Utara (Metrobali.com)-

Guna melatih kesigapan warga masyarakat saat mengantisipasi bencana banjir, Tiga Pilar Kelurahan Kalibaru menggandeng Wahana Visi Indonesia (WVI) memberikan simulasi pelatihan menghadapi bencana banjir dalam acara Gladi Lapang dan Gladi Posko di Kantor Kel. Kalibaru, Kec.Cilincing, Jakarta Utara, Sabtu (7/4/18).

Acara yang dimulai sekira pukul 08.00 WIB itu diawali dengan Apel OPD dan dilanjutkan dengan simulasi penanganan bencana banjir meliputi simulasi evakuasi, dapur umum dan pengungsian. Seluruh pengurus RT dan RW se-Kel. Kalibaru, perwakilan dari Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Satpol PP, Babinsa, Bhabinkamtibmas, Dinas Pemadam Kebakaran, Karang Taruna dan Tagana mengikuti kegiatan yang dipimpin Sekertaris Kelurahan (Sekkel) Kalibaru Bapak Marsilam Tambunan ini. Dalam sambutannya, Sekkel mengajak seluruh OPD dan perangkat wilayah, Babinsa, Bhabinkamtibmas dan relawan untuk berpartisipasi dalam acara tersebut.

Menurut pihak WVI, kegiatan ini pernah dilakukan pada awal 2016. “Kita ingin masyarakat lebih antisipatif menghadapi bencana banjir, sebelumnya pada Januari 2016 kita juga sudah melakukan simulasi pelatihan seperti ini dan dalam waktu dekat kami juga akan melakukan hal yang sama di wilayah lainnya,” papar Ibu Dewi dari WVI.

Sementara Babinsa Koramil-05/Cilincing Kodim 052/Jakarta Utara Sertu Andri menyampaikan bahwa kegiatan ini dapat memberi gambaran kondisi yang ‎sesungguhnya saat terjadi bencana banjir, sehingga dapat melatih kesigapan warga.

Selain itu, menurutnya dengan simulasi tersebut, setiap instansi bersama warga masyarakat bisa bersinergi memetakan persoalan banjir baik dalam hal evakuasi, pemberian obat, dan situasi-situasi yang mungkin terjadi saat terjadi bencana banjir.

Sertu Andri juga berharap agar pihak pemerintahan lebih memprioritaskan upaya pencegahan ketimbang penanganan bencana banjir, caranya dengan melakukan pengerukan di sepanjang saluran penghubung (PHB) dengan sejumlah kali besar yang ada di wilayah Kalibaru.

Menurut Sertu Andri, pengalaman saat bencana banjir, umumnya masyarakat mementingkan kepentingan dirinya sendiri dan tidak mau dievakuasi karena merasa genangan air tidak terlalu tinggi.

“Sekarang kita ubah logika berpikir mereka, yakni dengan cara ‎melatih supaya mereka bisa dan mampu‎ menghadapi bencana banjir secara mandiri dengan bekerja sama satu dengan yang lainnya,” kata Sertu Andri.

Editor : Whraspati Radha