Foto: Anggota Komisi IV DPR RI, AA Bagus Adhi Mahendraputra (Amatra) dalam FGD di Dinas Pertanian, Hortikultura  dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Rabu (9/9/2020) bersama Forum Peternak Ayam Bali.

Denpasar (Metrobali)-

Para peternak yang tergabung dalam Forum Peternak Ayam Bali dalam beberapa minggu belakangan ini merasa ‘galau’ akibat anjloknya harga, pasokan melimpah ditambah lagi dengan masuknya integrator ke pasar becek.

Namun dalam FGD (Focus Group Discussion) yang digelar di Dinas Pertanian, Hortikultura  dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Rabu (9/9/2020) lalu akhirnya ada titik temu dan solusi atas permasalahan pelik yang dihadapi peternak.

“Melalui FGD  yang digelar bersama pihak terkait kita mulai menemukan titik temu,” kata salah seorang peternak ayam Bali, Putu Ismaya yang dihubungi melalui selulernya, Jumat (11/9/2020) dari Denpasar.

Dikatakan, dalam FGD yang digelar di Dinas Pertanian, Hortikultura  dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Rabu (9/9/2020) lalu, ada tiga hal yang menjadi catatan pihak terkait.

Pertama, adanya pembatasan DOC menjadi empat juta perbulan sesuai dengan kebutuhan kita saat ini.

Kedua adanya pembatasan masuknya DOC ataupun daging ayam dari luar Bali selama pandemi Covid-19.

“Dan yang ketiga, dibentuknya tim monitoring dan evaluasi lintas instansi/lembaga,” jelas Ismaya.

Selain tiga hal penting yang bisa dipetik dari FGD tersebut, hal lainnya yaitu hadirnya para integrator yang lantas bersepakat untuk merapatkan barisan menghadapi pandemi Covid-19.

“Tinggal bagaimana kedepan kita kawal bersama kesepakatan awal ini, sembari memperbaiki data-data yang kita miliki,” tuturnya.

Pihaknya pun berharap Dinas terkait betul-betul melibatkan diri dalam persoalan yang dihadapi peternak ayam Bali sebagai wujud hadirnya pemerintah hadir dalam persoalan yang dihadapi para peternak ayam Bali.

Sedangkan dari tempat terpisah, Anggota Komisi IV DPR RI, AA Bagus Adhi Mahendraputra (Amatra) yang hadir di FGD saat dihubungi melalui selulernya membenarkan jika dalam pertemuan awal telah dihasilkan sebuah kesepakatan awal.

“Penting kita lakukan tata kelola distribusi pasokan ayam ke Bali yang berbasis data,” kata Anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali yang akrab disapa Gus Adhi ini.

Ia berpendapat bagaimana bisa mengetahui pasokan itu over atau tidak jika tidak ada data yang dimiliki. Selain itu dikatakan pentingnya database pasokan untuk mengetahui berapa sebetulnya kebutuhan daging ayam di Bali.

“Data itu penting dibutuhkan agar tidak terjadi ‘overlap’ antara peternak Bali dengan para integrator,” ujar Anggota Komisi IV DPR RI yang membidangi pertanian, lingkungan hidup, kehutanan dan kelautan ini

Lantaran itulah disebutkan Gus Adhi diperlukan semacam ‘Research and Development’ atau R&D bagaimana memetakan persoalan yang ada agar didapat solusi bersama.

“Jika semua berdasar database, tentu tidak akan ada yang namanya ‘katanya’ tapi semua akan terukur,” ungkapnya lantas beranggapan tidak perlu lagi ada Cold Storage di masing-masing kabupaten/kota seperti yang pernah diwacanakan.

“Lengkapnya data memungkinkan kita mensuplai daging ayam segar kepada masyarakat, bukankah itu yang kita inginkan,” imbuh Gus Adhi yang juga Ketua Depidar SOKSI (Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia) Provinsi Bali ini

Gus Adhi juga menyambut baik langkah yang ditempuh dinas terkait yang berinisiatif memfasilitasi persoalan yang dihadapi para peternak yang tergabung dalam Forum Peternak Ayam Bali memecahkan persoalan mereka melalui FGD yang digelar.

“FGD ini langkah awal, selanjutnya tim Monitoring dan Evaluasi yang akan bekerja secara bersama  agar hasilnya terukur,” pungkas politisi Golkar asal Kerobokan, Badung ini. (wid)