Jembrana (Metrobali.com)-

Kehidupan  Embah (Nenek) Ni Ketut Kanten (65) dari Lingkungan Mertasari, Kelurahan Loloan Timur Kecamatan Jembrana sungguh memprihatinkan. Pasalnya Embah Kanten ini hidup seorang diri setelah ditinggal mati suaminya Ketut Budra tiga tahun lalu.

Meski rumah Embah Kanten dari tembok dan beratap genting, bukan berarti Embah Kanten bisa tidur nyenyak. Pasalnya rumah yang ditempatinya itu sebagian atapnya sudah rapuh dan bocor. Takut atap rumah runtuh, Embah Kanten terpaksa tidur di emper rumah dengan beralaskan kasur tipis ditutupi plastik.

Lantaran tidak memiliki putra, kini dalam kesehariannya, Embah Kanten hidup sebatangkara dalam kondisi buta, sedangkan putri angkatnya sudah menikah dan tinggal ikut suaminya di Desa Banyubiru.

Saat Metro Bali, mendatangi rumah Embah Kanten, Minggu (8/12), Embah Kanten nampak sedang istirahat di emperan rumah, dengan berselimut kain untuk menepis dingin, lantaran tidak memiliki selimut.

Bahkan menurutnya jika hujan turun, Embah Kanten mengaku tidak bisa tidur lantaran bocor dan kecipratan air hujan. Ia juga mengaku sakit disekujur tubuhnya dan linu-linu. Sementara untuk makan sehari hari, ia mengaku masak sendiri dengan meraba-raba, juga didapat dari belas kasihan tetangga. “Kadang saya dikasi tetangga, juga dikasi Gede (Kepala Lingkungan Mertasari), ia sering kesini” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Lingkungan Mertasari, Kelurahan Loloan Timur, Gede Ratmika mengatakan Embah Kanten sudah masuk buku merah (KK miskin), bahkan ia juga sudah mendapatkan beras raskin. Namun tidak mendapatkan BLSM. “Saya heran, padahal Embah masuk di buku merah, tapi kenapa Embah tidak dapat BLSM” ujar Ratmika, di rumah Embah Kanten.

Menurutnya nama Embah Kanten sudah diusulkan, tapi malah yang dapat yang katagori mampu. Bahkan untuk memastikan, pihaknya juga pernah menanyakan ke Kantor Pos,  namun pihak Kantor Pos bilang itu keputusan pusat.

Lanjut, Embah Kanten juga tidak mendapatkan program bedah rumah. “Saya sudah usulkan, tapi ditolak, katanya tidak memenuhi persyaratan, karena rumah Embah bertembok” ungkapnya.

Selama ini, kata Ratmika, dirinya yang selalu mengambilkan dana lansia termasuk beras raskin dan membayarnya. “Sekarang saya atur menaruh beras di rumah Embah. Dulu saya taruh semuanya di rumah Embah, tapi dalam tiga hari sudah habis. Setelah saya tanya, katanya ada orang datang. Mungkin berasnya dicuri orang” pungkasnya. MT-MB