stop-rokok
Denpasar, (Metrobali.com) –

Kepala Instalasi Pusat Pelayanan Jantung Terpadu RSUP Sanglah Denpasar, Prof I Wayan Wita memaparkan data mencengangkan. Tiap hari instalasinya melayani 80 orang dengan keluhan sakit jantung dan pembuluh darah.

Rata-rata dari mereka adalah perokok dan memeriksakan jantungnya akibat hal tersebut. “Tiap hari rata-rata pasien akibat rokok itu 80 orang,” kata Prof Wita di sela seminar “Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2015” di Denpasar, Jumat 29 Mei 2015.

Menurut dia, meski menderita sakit jantung, namun sulit bagi pasiennya untuk berhenti merokok. “Sakit disuruh berhenti, nanti kumat akan kumat lagi,” terang mantan Rektor Universitas Udayana itu.

Lantaran tingginya pasien jantung akibat rokok, Prof Wita mengaku RSUP Sanglah membuka klinik stop merokok. “Di klinik stop merokok ada ahli jiwa, penyakit dalam dan ahli jantung. Ternyata cukup efektif untuk berhenti merokok,” papar dia.

Menurut dia, saat ini semua pihak harus bersinergi memerangi bahaya akibat merokok. Ia pun mendukung langkah Pemerintah Kota Denpasar yang melarang iklan rokok di ruang publik.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar,  Luh Putu
Sri Armini menuturkan, saat ini Peraturan Wali Kota tentang larangan iklan rokok di tempat umum terus dalam pematangan materi.

Ia berharap hal itu akan efektif memerangi bahaya akibat rokok. “Kita masih susun. Target kita secepatnya Perwali ini ini selesai,” harap dia.

Koordinator Bali Tobacco Control Initiative, Made Kerta Dhuana menyambut baik pelarangan iklan rokok di ruang publik. Apalagi, katanya, pendapatan dari iklan rokok tak begitu besar. “Dari Rp11 miliar pendapatan pajak iklan, rokok hanya menyumbang Rp900 jutaan,” kata dia. BOB-MB