Jembrana (Metrobali.com)-

Naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) disusul kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang berlaku mulai Rabu (2/10) membuat PDAM Tirta Amertha Jati, Jembrana kelimpungan. Sebab naiknya TDL bisa mengancam kinerja PDAM Jembrana, apalagi kenaikan tarif air yang diusulkan PDAM belum disetujui Bupati Jembrana I Putu Artha.

Dirut PDAM Jembrana, Nengah Sugiantha saat dikonfirmasi, Rabu (2/10) mengatakan kenaikan TDL empat kali tahun ini, yakni bulan April, juni, September dan Oktober 2013, membuat kondisi PDAM dalam kesulitan. Pasalnya PDAM Jembrana sangat tergantung pada listrik. “Sebagian besar sumber air di PDAM adalah sumur bor. Untuk mengangkatnya ke menara penyalur kami menggunakan listrik. Sementara sekarang ini tarif listrik naik” ujarnya.

Menurutnya ketika TDL naik diawal tahun, pihaknya harus membayar beban listrik sebesar Rp.290 juta per bulan. Dan setelah ada kenaikan lagi, pihaknya harus membayar sebesar Rp.325 juta per bulan. “Bagi kami biaya tersebut sangat besar. Kalau tarif tidak dinaikkan kami akan kesulitan” ujarnya.

Dikatakannya akibat biaya beban listrik semakin besar, perbaikan pompa induk PDAM di Kelurahan Baler Bale Agung sekitar Rp.200 juta belum bisa dibayar. Padahal perbaikan pompa tersebut sudah berlangsung selama tiga bulan. Tidak hanya itu, untuk meningkatkan pelayanan menjadi terhambat.

Termasuk proyek bantuan pusat yang bakal dimanfaatkan untuk pembangunan reservoir di Manistutu dan instalasi pipa ke Perancak yang panjangnya mencapai delapan kilometer dengan dana Rp. 2 miliar. “Untuk mendapatkan proyek ini, kami harus menyiapkan dana pendamping sekitar Rp.200 juta. Dengan kondisi seperti ini, jelas kami tidak sanggup menyiapkannya. Kecuali kalau Pemkab Jembrana menyetujui usulan penyesuaian tarif air yang kami ajukan” ujar Sugiantha.

Menurutnya penyesuaian tarif yang diusulkan adalah Rp.2.200 per meter kubik dari tarif sebelumnya Rp.1.600 per meter kubik. Namun hingga kini belum juga disetujui. Padahal pihaknya sudah mengikuti saran yang diberikan. “Kami disarankan untuk mensosialisasikannya dulu ke mayarakat, dan itu sudah kami lakukan. Malah petugas kami melakukannya dari satu pintu ke pintu lainnya, juga dengan mengundang aparat desa dan camat” ujarnya.

Menurutnya ketika menghadap kembali, Senin (30/9) lalu, pihaknya diminta untuk melakukan memperbaiki masalah pelayanan.

“Kami salut dengan beliau yang sangat berhati-hati. Tapi karena terbentur biaya, permintaan akan perbaikan pelayanan dipastikan belum dapat kami penuhi. Diminta sepuluh kali pun, tentu sekarang ini belum bisa. Terkecuali tarif dinaikan dulu” pungkasnya. MT-MB