Denpasar (Metrobali.com)-

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bali Panundiana Kuhn menyatakan jik kenaikan TDL (Tarif Dasar Listrik) bakal memberatkan kalangan industri manufaktur di Bali. Bahkan ia memprediksi jika industri manufaktur Bali terancam bankrut dengan kenaikan TDL.

Pasalnya, kata Kuhn, industri manufaktur berbeda dengan industri pariwisata. “Kalangn industri pariwisata sudh menaikkan produknya (kamar) sebesar 10-15 persen jauh sebelum isu TDL naik,” kata Khun, Selasa (8/1/2013).

Kenaikan itu, sambung Kuhn, tak berdampak pada kebutuhan pasar. Sebabnya, sebagai destinasi pariwisata dunia, harga kamar di Bali masih relatif murah dibanding negara lain.

Harga hotel bintang 5 di negara lain tidak kurang dari US$400. Di Bali dengan kualitas dan standar sama kamar hanya dijual US$100 saja. “Bali destinasi dunia dengan harga yang juga termurah di dunia,” tambah Kuhn.

Sebaliknya, kenaikan TDL justru akan berdampak signifikan bagi industri manufaktur Bali seperti kerajinan kayu, souvenir, perak, serta berbagai industri rumah tangga lainnya. Menurutnya, jenis usaha ini berada pada posisi dilematis atas kenaikan itu. “Mau menaikkan harga produk takut kehilangan pasar karena banyak persaingan. Di sisi lain mau mempertahankan harga yang stabil, maka biaya produksi akan terbebani,” beber dia.

Cepat atau lambat, imbuh Kuhn, akan banyak usaha yang bangkrut. Ancaman PHK juga menghantui. Solusinya, ulas Kuhn, pemerintah harus memberikan proteksi sektor industri manufaktur dengan cara apapun. Di banyak negara, katanya, justru pengusaha yang disubsidi bukan sebaliknya. “Indonesia ini memang aneh, kenaikan TDL justru dikenakan pada pengusaha, sementara rakyat miskin disubsidi. Padahal jika subsidi dihapus, maka ekonomi Indonesia justru berubah total,” ujarnya. BOB-MB