Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta didampingi Wabup. I Ketut Suiasa menghadiri Pelaksanaan Upacara Tawur Agung Kesanga tingkat Kabupaten Badung serangkaian hari Suci Nyepi tahun Caka 1942, tahun 2020 yang dipusatkan di Catus Pata Desa Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal, Selasa (24/3) lalu.

Badung, (Metrobali.com)-

Pelaksanaan Upacara Tawur Agung Kesanga tingkat Kabupaten Badung serangkaian hari Suci Nyepi tahun saka 1942, tahun 2020 dipusatkan di Catus Pata, Kecamatan Abiansemal tepatnya di Catus Pata Desa Blahkiuh, Selasa (24/3) lalu. Tawur Agung Kesanga dipuput Sarwa Sadaka. Terdapat tujuh Sulinggih yang muput upacara tersebut diantaranya; Ida Pedanda Ketut Putra Timbul Gria Timbul Mengwi, Ida Pedanda Buda Jelantik Santacita Gria Buda Jadi Tabanan, Ida Bujangga Rsi Maha Wija Sri Sujati Gria Tangeb, Ida Bhagawan Mahacarya Sagening Gria Sagening Munggu, Ida Rsi Agung Dewa Ngurah Pemecutan Gria Pemecutan Legian, Ida Pandita Mpu Swadiaya Parama Cantika Gria Pasek Abiansemal, dan Sira Mpu Gede Jangga Dharma Putra Gria Taman, Abiansemal. Upacara tersebut dihadiri Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta didampingi Wabup. I Ketut Suiasa beserta Wakil Ketua DPRD Badung I Wayan Suyasa. Hadir pula Forum Koordinasi Pimpinan Daerah, Pimpinan Perangkat Daerah, para Camat, dan Majelis Alit Kecamatan mewakili Bendesa Adat se-Badung.

Bupati Giri Prasta menyampaikan, makna dari tawur kesanga ini untuk nyomia bhuta kala yakni menetralisir kekuatan-kekuatan jahat agar menjadi suatu kekuatan baik sehingga berguna bagi diri manusia dan kehidupan di alam semesta. “Dari tawur agung kesanga ini bisa digambarkan sebagai sarana memanggil para bhuta kala dan wesya ke catus pata untuk dihaturkan upakara (penyambleh). Dan mulai besok (Nyepi) sudah sasih kedasa, artinya pada kesanga melaksanakan tawur (nyomia bhuta) dan kedasa sudah bersih berbagai wabah penyakit,” terangnya.

Pada penyepian masyarakat wajib melaksanakan catur brata penyepian yaitu amati geni, amati karya, amati lelungan dan amati lelanguan. Sedangkan pada umanis nyepi dilaksanakan ngembak geni atau dresta langu dengan kegiatan ngwacen lontar, awi-awig maupun perarem yang baru serta kegiatan sabha yowana dan pementasan tarian sakral. Namun seiring merebaknya virius covid-19, Pemkab Badung sudah mengantisipasi dan telah pula mengeluarkan surat edaran agar mengurangi euforia dalam perayaan penyepian ini serta mengurangi kegiatan berkumpul. “Berkenaan dengan covid-19 kami Pemkab Badung sudah antisipasi betul. Kami berterima kasih kepada masyarakat Kabupaten Badung, kita juga memberikan disinfektan ke seluruh kecamatan dan desa. Gerakan sosial masyarakat juga melakukan hal yang sama. Mari kita bersama berdoa, semoga virus ini segera hilang di Badung, Bali, Indonesia bahkan di dunia, ” tambahnya.

Bupati Giri Prasta juga menegaskan, tawur agung kesanga dipuput oleh sarwa sadaka dengan tujuh sulinggih. Menurutnya semua umat manusia apalagi umat sedharma, tujuan hidup kita adalah moksartam jagadhita yacaiti dharma, dapat diterima disisi Tuhan dan dapat mensejahterakan masyarakat. “Semua sulinggih patut kita hormati, Beliau yang akan melaksanakan upakara, upacara yang dilakukan umat sedharma melalui para sulinggih seperti Tawur Agung Kesanga ini, ” tegas Bupati.

Sementara itu Kadis Kebudayaan Badung I Gede Eka Sudarwitha ditemui disela-sela upacara tawur mengatakan upacara Tawur Agung Kesanga merupakan salah satu rangkaian upacara dalam perayaan hari suci Nyepi. Tawur agung kesanga bermakna untuk menyucikan alam beserta segala isinya. “Tawur Agung Kesanga dilaksanakan untuk pembersihan Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit,” jelasnya. Tawur kali ini juga diisi dengan perlengkapan upakara berupa Prayascita Gumi dan Dirgayusa Gumi sebagai salah satu ritual dan doa untuk memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar wilayah Kabupaten Badung dan seluruh alam dihindarkan dari segala macam wabah penyakit seperti, Virus Covid-19, maupun virus yang menyerang babi dan wabah lainnya termasuk mara bahaya dan bencana alam.

Upacara tawur agung kesanga menghaturkan sarana upakara mesanggar tawang dan meyama raja. Sarana tawur berupa wewalungan seperti kerbau, sapi, kambing, babi, angsa, itik dan ayam. Seluruh rangkaian tawur kesanga diakhiri dengan persembahyangan bersama. Selanjutnya para Majelis Alit Kecamatan dan bendesa adat nunas tirta untuk pelaksanaan tawur di tingkat kecamatan, desa adat hingga masing-masing rumah. Ada tiga tirta yakni tirta caru, tirta pemelepeh dan tirta luhur. Tirta luhur katunas saking tirta Pura Puncak Mangu,  Pura Uluwatu dan Pura Luhur Giri Kusuma Blahkiuh.

Editor : Nyoman Sutiawan