Oleh : I Gde Sudibya
Pengertian, New Normal: kenormalan baru bagi masyarakat dalam aktivitas kehidupannya termasuk berekonomi, yang dilandasi oleh Protokol Kesehatan berupa sering cuci tangan, pakai masker, jaga jarak, dilarang berkerumun dan jaga kesehatan fisik.

Lokus kebijakan di tingkat Kabupaten dan Kodya, sehingga rekomendasi kebijakan lebih ditujukan ke Tim Penanggulangan Covid-19 pada wilayah yang dimaksud dengan sejumlah target. Berapa jumlah desa dan atau tourist resort dalam lingkup desa yang harus dibuka kembali secara normal dalam 1 bulan ke depan. Kedua, Memantapkan kesadaran masyarakat untuk mengikuti secara disiplin dan ketat protokol kesehatan.
Berupaya endorong pergerakan ekonomi  produksi dan perdagangan terutama pelaku UMKM untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga di wilayah Kabupaten/Kodya.
Oleh karena itu, strategi yang perlu dijalankan, Pertama, lkukan analisa SWOT: Strength: kekuatan, Weaknesess: kelemahan, Opportunities: kesempatan dan Threat: ancaman dari perspektif ekonomi dan upaya penanggulangan pandemi Covid-19. Data profil masing-masing desa ditambah dengan analisa sederhana epidemiologi yang ada di Puskesmas, bisa menentukan profile swot masing-masing desa.
Dan, perangkingan hasil swot yang bersangkutan bisa dipergunakan untuk penentuan skala prioritas desa yang akan dibuka. Kriteria sederhananya bahwa desa yang menjadi pusat ekonomi atau mesin pertumbuhan ekonomi kecamatan dan paling aman dari risiko pandemi, mendapat prioritas untuk dibuka kembali di era ” new normal “.
Kedua, lakukan test massif dengan uji petik yang terukur, test RDT, PCL/SWAB dan hasilnya dinilai aman dari sisi epidemiologi, desa yang bersangkutan segera dibuka kembali, didukung oleh keseluruhan sistem yang ada dengan penegakan protokol kesehatan, penunjang sistem keuangan: LPD, Koperasi, BPR, dan sistem perbankan lainnya, untuk mempercepat perputaran ekonomi di desa yang bersangkutan.
Ketiga, pnentuan prioritas test dengan kriteria di atas, menjamin alokasi sumber daya ( biaya test ) menjadi lebih efisien dan efektivitas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi lebih tinggi.
Keempat, dengan sistimatika test per desa seperti ini, setelah kurun waktu tertentu, Pemkab/Kodya akan memperoleh gambaran, informasi akurat tentang profile risiko pandemi di wilayahnya. Informasi ini sangat berharga untuk penanggulangan pandemi berbasis data, penanggulangan komprehensif bersamaan dengan ekonomi desa yang terus berputar dan bertumbuh.
Kelima, kerja sama dengan Desa Adat ( yang lebih memahami aspek adat dan sosial kultural krama ), dirumuskan secara lebih formal: pembagian tugas dan tanggung jawab, pendanaan,  untuk lebih menjamin efektivitas kerja di lapangan.
Keenam, berdasarkan evaluasi terhadap keseluruhan proses kerja di atas yakni kepatuhan krama mengikuti protokol kesehatan, ekonomi desa yang terus bertumbuh dengan efek berganda ( multiplier effect ) penciptaan : pendapatan dan kesempatan kerja yang membaik, risiko penyebaran virus yang lebih terditeksi dan semakin dapat diminimalkan, sehingga Tim di tingkat: kabupaten, kodya dan kemuduian provinsi, dapat melakukan deklarasi: Bali memasuki ” New Normal “, berbasis fakta,data yang valid.
Dari perspektif makro kebijakan publik di wilayah yang elit pengambil kebijakan publiknya ternyata mampu merumuskan strategi dan kebijakan yang cerdas kedua sasaran kembar yakni ekonomi mulai pulih kembali plus risiko pandemi minimal, adalah wilayah terdepan yang akan menikmati ecomic rebound.
Dan, dalam era demokrasi prosedural dewasa ini ( setelah 22 tahun pasca gerakan reformasi ), dalam pilkada serentak yang  segera berlangsung, masyarakat pemilih bisa memberikan “ganjaran” kepada elit pengambil kebijakan dan partainya, yang terbukti cerdas memegang amanah publik, demikian juga sebaliknya memberikan “hukuman” setimpal untuk mereka yang terbukti gagal.
Tentang Penulis
I Gde Sudibya, ekonom, pengamat sosial ekonomi dan konsultan strategi manajemen.