Ilustrasi/Ist

ANJLOKNYA harga buah jeruk pada Juli 2018 membuat petani jeruk di Kabupaten Banyuwangi bagian selatan meratap sedih. Saat itu,  harga buah jeruk di tingkat petani hanya Rp.2.000/Kg. Padahal harga impas dengan harga saprodi yang  melambung terus, menurut petani bisa mencapai sekitar Rp.4000/Kg.

Derita tahunan ini disikapi pasrah tak berdaya oleh para petani jeruk jeruk di Indonesia yang periode panennya relatif sama yaitu pada bulan Mei, Juni, dan Juli tergantung iklim pada saat itu.

Salah satu solusi untuk menangkal anjloknya harga saat panen raya adalah penerapan Bujangseta, teknologi produksi buah jeruk berjenjang sepanjang tahun. Teknologi Bujangseta  merangkum manajemen kanopi, nutrisi dan pengendalian hama penyakit.

Pada Juli 2017 telah dibangun  demplot Bujangseta seluas ± 10 hektar yang meliputi 19 kebun petani  di desa Plampangrejo kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Kini, demplot tersebut telah menunjukkan performa yang sangat menggembirakan.

Di demplot Bujangseta itu sebagian besar pohon jeruk yang ada telah memiliki 5-7 jenjang pembungaan dan pembuahan (bunga – buah siap dipanen) sehingga buah jeruk dapat dipanen 5 kali setahun.

Jumlah buah per tahun dari pohon yang menerima aplikasi teknologi Bujangseta bisa mencapai 2,6 kalinya dibandingkan yang dikelola dengan teknologi petani. Saat ini, Petani telah  2-3 kali panen buah jeruk hasil penerapan teknologi Bujangseta.

Bujangseta menurut petani selain mudah diaplikasikan juga terbukti meningkatkan kesehatan pohon. Yang penting, petani sudah tidak memerlukan lagi cool storage untuk menyimpan limpahan panen jeruknya.

Bujangsetanisasi kawasan agribisnis jeruk di Kabupaten Banyuwangi telah diinisiasi dengan membangun lagi demplot dengan luasan 1,0-1,5 hektar di empat kecamatan penghasil utama jeruk Siam lainnya, yaitu di kecamatan Bangorejo, Purwoharjo, Tegaldlimo dan Gambiran.

Guna mengakselerasi adopsi dan difusi teknologi Bujangseta pada 13 September 2018 digelar pelatihan Bujangseta Jeruk  yang diikuti sekitar lebih dari 70 petani jeruk dari 5 kecamatan tersebut di atas dengan metode dari petani untuk petani. Lokasi pelatihan di demplot Bujangseta yang telah menunjukkan performa bagus.

Setelah mendapatkan pembekalan tentang teknologi Bujangseta, peserta langsung praktek di kebun Bujangseta milik petani terpilih sehingga praktek maupun  sharing informasi antar peserta bisa berlangsung lebih akrab.

Kini, harga buah jeruk mulai naik menjadi Rp.7000/Kg karena ketersediaan buah sedikit. Petani sudah mulai tersenyum lagi. Semangat petani bertambah menggelora karena setiap peserta pelatihan meyakini teknologi Bujangseta menjadi jawaban jitu masalah tahunan anjoknya harga buah saat panen raya.

Penyusun : Arry Supriyanto Balitjestro

Editor      : Whraspati Radha