Jembrana (Metrobali.com)

Persoalan sampah apabila tidak cepat ditangani akan menjadi bom waktu. Hal ini karena Volume sampah di Jembrana terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk yang jumlahnya terus meningkat . Guna menyelesaikan persoalan tersebut , Pemkab Jembrana terus mencarikan solusi, salah satunya dengan menggandeng investor.

Hal itu disampaikan Bupati Jembrana I Nengah Tamba saat menerima rombongan dari PT Hasura Jakarta, perusahaan yang bergerak dalam industri sampah plastik, Jumat(9/4). Kunjungan juga dilanjutkan dengan meninjau langsung kondisi TPA Peh didesa Kaliakah Kecamatan Negara.

Tamba mengatakan estimasi timbunan sampah rumah tangga dalam setiap harinya di Jembrana sebanyak 164 ton.

Sementara yang masuk ke TPA yang berlokasi di dusun Peh desa Kaliakah sebanyak 46 ton setiap harinya.

” Jika persoalan sampah ini tidak mendapatkan solusinya dipastikan persoalan sampah di kabupaten Jembrana tinggal menunggu bom waktu saja. Karena itu kita akan cepat carikan solusinya, termasuk dengan menggandeng pihak ketiga yang sudah kompeten dalam industri daur ulang sampah plastik,” ucapnya.

Ditambahkan Bupati Tamba, persoalan sampah saatnya menjadi perhatian bersama. Karena itu, Ia sengaja mengajak pihak investor dari PT Hasura dari Tanggerang.

” Kami telah didatangi oleh para investor terkait persoalan ini(sampah), namun belum juga mendapatkan solusi yang tepat. Rekanan telah kenal sejak lama dan beliau memang mempunyai industri pengolahan sampah secara langsung. Dengan demikian, tentu kita harapkan persoalan sampah yang ada di Jembrana ini tentu kita harapkan mampu dicarikan solusinya,” tandasnya.

Sementara Direktur PT. Hasura Jakarta, T. Lukito mengaku, kalau kehadirannya ke kabupaten Jembrana dalam rangka untuk melihat kondisi lingkungan khususnya terkait masalah sampah yang ada di kabupaten Jembrana,”ini tentu menjadi konsen kita bersama. Saat ini kami datang ke Jembrana bukan prodak yang kami jual namun solusi yang kami tawarkan. Dengan demikian, kehadiran kami saat ini bersama rombongan kami ingin melihat kondisi riil dilapangan. tentunya apa yang mesti kami lakukan termasuk solusinya bagaimana,”ujarnya.

Menurut Lukito, selain limbah rumah tangga khususnya yang berasal dari limbah sampah plastik juga tidak luput akan dicarikan solusinya adalah limbah pertanian yang berasal dari petani dan masyarakat kecil,”kita harapkan di Jembrana ada anak-anak muda dari kalangan siswa SMK dan universitas bisa belajar menjadi pengusaha industri,”harapnya.

Terkait dengan limbah pertanian, kata Lukito, berasal dari limbah kulit padi dan batang padi,”kedepan bagaimana kita menjaga ekosistem menjadi satu kesatuan yang bermanfaat melalui perpaduan antara limbah plastik dan limbah pertanian dengan komposisi 60 persen limbah pertanian dan 40 persennya limbah plastik. Untuk jangka panjangnya tentu ini akan menjadikan ini sebagai projek percontohan. Bukan saja untuk Jembrana namun juga Nasional,”pungkasnya.

Editor : Sutiawan