Panusunan Siregar-Kepala BPS Kalteng-DeTAK (1)

Denpasar (Metrobali.com)-

Subsektor tanaman pangan yang terdiri atas padi dan palawija (NTP-P) di Bali perannya sebagai pembentuk nilai tukar petani (NTP) menurun sebesar 1,93 persen dari 94,63 persen pada bulan Maret 2014 menjadi 92,80 persen pada April 2014.

“Penurunan NTP tersebut terjadi akibat indeks yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 1,77 persen,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panusunan Siregar di Denpasar, Sabtu (3/5).

Ia mengatakan, sedangkan indeks yang dibayar petani (IB) mengalami kenaikan sebesar 0,16 persen. Menurunnya indeks yang diterima petani didorong oleh turunnya indeks pada kelompok padi-padian sebesar 2,70 persen.

Hal itu dipicu oleh turunnya harga gabah kualitas gabah kering panen (GKP) di tingkat petani. Menurunnya harga gabah didorong oleh tingginya suplai gabah, mengingat bulan April adalah puncak musim panen raya di Bali.

Panusunan Siregar menambahkan, pada sisi lain kelompok palawija mengalami kenaikan indeks sebesar 0,77 persen yang antara lain disebabkan oleh naiknya harga jagung sebesar 1,22 persen.

Selain itu juga naiknya harga ketela pohon sebesar 0,97 persen. Sementara kenaikan indeks yang dibayar petani didorong oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,10 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,44 persen.

Subsektor tanaman pangan merupakan salah satu dari lima komponen pembentukan NTP Bali. Dari lima komponen itu tiga di antaranya mengalami penurunan dan dua terjadi peningkatan.

Ketiga komponen yang mengalami penurunan selain subsektor tanaman pangan juga subsektor tanaman perkebunan rakyat dan subsektor peternakan.

Sedangkan dua subektor yang mengalami kenaikan meliputi subsektor perikanan dan subsektor hortikultura.

NTP Bali pada bulan April 2014 sebesar 103.82 persen, turun sebesar 0,49 persen dibanding bulan sebelumnya yang mencapai 104,33 persen, ujar Panusunan Siregar. AN-MB