Keterangan foto: Petitenget Festival siap menorehkan sejarah dengan mencetak rekor MURI melalui penampilan Tari Tenun yang dibawakan sekitar dua ribu penari Bali pada hari penutupan Minggu malam ini (16/9/2018).

Badung (Metrobali.com)-

Acara Petitenget Festival yang  telah berlangsung sejak Jumat (14/09/2018) di kawasan Pantai Petiteget, Desa Kerobokan, Badung akan berakhir Minggu malam ini (16/9/2018). Berbagai acara menarik selama berlangsungnya festival ini telah sukses menghibur ribuan wisatawan dan masyarakat.

Bahkan di hari penutupan ini, Petitenget Festival siap menorehkan sejarah dengan mencetak rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) melalui penampilan Tari Tenun yang dibawakan sekitar dua ribu penari Bali. “Kami ingin membuat gebrakan, inovasi dan torehan sejarah di tahun pertama pelaksanaan Petitenget Festival ini,” tegas Ketua Panitia Petitenget Festival, AA Bayu Joni Saputra , Minggu (16/9/2018).

Diterangkan, Tari Tenun merupakan tari kreasi khas Bali yang diciptakan oleh dua seniman Bali asal Kerobokan yakni Nyoman Ridet dan Wayan Likes pada tahun 1957. Tari Tenun ini menggambarkan kegiatan wanita desa yang sedang membuat kain tenun dengan alat-alat yang sangat sederhana. Menenun merupakan proses pembuatan kain dari persilangan dua set benang dengan cara memasuk-masukkan benang secara melintang pada benang-benang lain.

Gerakan tarian ini dimulai sejak para penenun mulai memintal benang, mengatur benang pada alat tenun, dan diakhiri dengan menenun. Keseluruhan gerak tari ini merupakan perpaduan antara unsur-unsur tarian klasik yang ditambahkan dengan gerak-gerak imitatif atau hasil kreativitas penciptanya.

“Saat ditarikan secara  berkelompok, tari menekankan pada kekompakkan gerak sehingga keindahannya semakin terlihat indah,” terang Joni Saputra yang akrab disapa Gus Joni itu.

Selain gerakannya yang unik, busana yang dikenakan leh para penari tenun juga indah. Biasanya identik dengan warna-warna cerah, seperti kuning, hijau, dan merah. Hiasan kepala yang khas (lelunakan) juga menambah keindahan.

“Tari Tenun ini juga akan menjadi salah satu ikon pariwisata di Petitenget, Kerobokan dan juga ikon Petitenget Festival selain ada Butho Ijo,” terang Gus Joni.

Petitenget Festival (Kerobokan Arts & Spirit 2018) dimeriahkan dengan berbagai kegiatan yang melibatkan warga Kerobokan, pelaku UKM juga berbagai pelaku pariwisata. Festival ini didukung penuh ribuan warga dari 50 banjar di wilayah Kerobokan.

Festival dengan ikon “Bhuto Ijo” ini mengangkat tema “Experience A Festival Centuries in The Making” dengan membangkitkan cerita yang sudah ada berabad-abad yakni perjalanan Dang Hyang Niratha yang juga  dikawal Butho Ijo.

Pewarta : Widana Daud

Editor      : Whraspati Radha