Denpasar (Metrobali.com)-

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik menjelaskan jika selam ini Indonesia sebagian besar diprioritaskan untuk kepentingan ekspor. Kebijakan itu, imbuh Wacik, terjadi di masa lampau, di mana kebutuhan energi dalam negeri masih dapat dipenuhi dengan minyak bumi.

“Kami terbuai dengan minyak bumi. Apalagi kami memiliki cadangan minyak yang cukup besar. Tapi masa itu sudah lewat. Kini kebutuhan gas dalam negeri makin naik,” kata Wacik saat membuka pertemuan “The 12th Gas Information Exchanges in the Western Pacific Area”, di Nusa Dua, Selasa 9 Oktober 2012.

Untuk membangkitkan listrik, industri dan kendaraan bermotor, Indonesia kini bergantung pada energi gas.

“Tentu ini akan membawa konsekuensi bagi perdagangan gas. Bagi saya, ini tentu kepentingan negara yang nomor satu. Gas yang kami hasilkan pertama kami harus abdikan untuk kepentingan di Indonesia,” tegas Wacik.

Kontrak yang sudah ada, sambung Wacik, tidak akan kami dilanggar begitu saja. Wacik mengaku akan mengrdepankan komunikasi dan dialog yag baik memecahkan persoalan itu.

“Kita harus melakukan pembicaraan yang baik terkait perubahan mendasar di Indonesia,” jelas dia.

Ia menyontohkan di Papua. Semula 100 persen gas yang dihasilkan oleh satu perusahaan di sana diprioritaskan untuk impor. “Dengan kebutuhan seperti sekarang, saya melakukan negosiasi dengan investor itu. Mereka mengerti dan mau merubah perjanjian yang sudah ada. 230 juta kubik dari trade 1 dan 2. Sekarang sedang dipersiapkan trade 3. 40 persen dari hasil trade 3 yang sedang dirancang unuk Indonesia,” papar Wacik.

Dengan begitu, perusahaan asing tetap mendapat untung, tanpa mengabaikan kebutuhan gas masyarakat.

Wacik menjelaskan, saat ini pemerintah sudah menyiapkan empat hal bagi investor asing yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia.

Pertama, imbuh Wacik, perusahaan harus pro ekonomi. Artinya, investor harus membangun perekonomian Indonesia. Kedua, investor wajib membuka lapangan pekerja untuk rakyat Indonesia. Ketiga, investor harus ikut mengentaskan kemiskinan, terutama bagi masyarakat di sekitar perusahaan. Keempat, investor wajib peduli lingkungan hidup.

“Kalau saudara tidak setuju silakan pulang saja. Jangan menanamkan investasi di Indonesia. Kita berteman saja. Kami tidak mau ada investor yang tidak memerhatikan empat jalan itu,” tegas dia.

“Tapi kalau saudara setuju dengan empat jalan itu, maka akan kita berikan kemudahan-kemudahan, mulai dari perizinan, insentif dan lainnya,” jelas Wacik. BOB-MB