Keterangan foto: Acara SENI. BUDAYA. KULINER. “Temu Komunitas” yang di inisiasi oleh Shrida Ubud dan Yoke Darmawan dari Darmawan & Associates (D&A) Sabtu, 22 Juni 2019 di SHRIDA –Taste of Ubud Restaurant/MB

Gianyar (Metrobali.com) –

Ubud adalah sebuah desa yang tidak jauh berbeda dengan desa-desa yang lain di Bali tetapi kalau masyarakat di Bali nasional maupun internasional, tapi tahukah anda darimana asal kata Ubud? selama ini dapat dikatakan Ubud adalah branding dan banyak yang ingin tahu ada apa di balik kata “Ubud”.

Pada abad ke 7 tersebutlah seorang pendeta yang bernama Markendya beserta pengikutnya melakukan upacara ritual secara berantai di beberapa pura seperti Pura Gunung Lebah Ubud, Pura Pucak Payogan Ubud, Pura Gunung Raung di Taro sampai akhirnya beliau bisa melaksanakan ritual di kaki Gunung Agung yang dikenal dengan nama Besakih saat ini. Dari perjalanan beliau inilah, kata ‘Ubud’ ini disebutkan yang berasal dari kata ‘Ubad’. Pada saat itu konon ceritanya dalam perjalanan beliau, pengikutnya banyak yang sakit. Namun sesampainya di desa ini banyak yang ‘sembuh’ setelah melakukan ritual penyucian diri di Sungai Wos Campuhan Ubud.

Hal itu diungkapkan oleh Anak Agung Bagus Ari Brahmanta pada acara SENI. BUDAYA. KULINER. “Temu Komunitas” yang di inisiasi oleh Shrida Ubud dan Yoke Darmawan dari Darmawan & Associates (D&A) Sabtu, 22 Juni 2019 di SHRIDA –Taste of Ubud Restaurant.

Acara bincang-bincang seni tersebut membuka tema, Dunia Perfilman Indonesia dan Relevansinya dengan Ubud dan Bali, oleh David Hanan dan Sejarah dan Romantika Desa Ubud, oleh Anak Agung Bagus Ari Brahmanta, S.E. (Gung Ari).

David Hanan adalah perintis program Studi Film di Monash University, Australia, sejak tahun 1978, saat ini menjadi ‘Honorary Fellow’  di Institut Asia di Universitas Melbourne, tinggal di Bali.

A. A. Bagus Ari Brahmanta, S.E. adalah staff ahli bidang Ekonomi dan Pembangunan Kabupaten Gianyar, asli Ubud dan mengetahui banyak hal seputar Ubud dan perkembangannya sampai kini.

David membahas beberapa hal menarik dari film yang dibuat di Bali. Juga tentang pertemuan yang signifikan antara Bali dan pembuat film. Selain itu, ia juga akan menceritakan tentang film-film Indonesia dari daerah lain di luar Bali yang bahannya didasarkan dari buku karyanya yang berjudul Cultural Specificity in Indonesian Film: Diversity in Unity (Palgrave Macmillan, 2017).

Sedangkan, Gung Ari memaparkan sejarah Ubud, bagaimana awalnya kata “ubud” muncul pada abad ke 7, Ubud pada abad 14, masa kerajaan Mengwi, Ubud di masa pemerintahan Hindia Belanda, pendidikan era Belanda, datangnya Walter Spies, Royale Paris Colonial Festival tahun 1931, Ubud dengan dunia luar Ubud, para seniman asing yang tinggal di Ubud, pengalaman dan kenangan pribadi Gung Ari tentang Ubud dan Ubud sampai hari ini.

Pewarta: Hidayat
Editor: Hana Sutiawati