Bangli (Metrobali.com)-

Akibat mengalami tabrakan sekitar tiga tahun silam, seorang gadis miskin asal Desa Subaya, Kintamani, Ketut Nyantel (23) kini mengalami lumpuh. Lumpuh yang dideritanya ini sejak tahun 2010 lalu, namun hingga kini belum sembuh juga akibat tidak ada biaya pengobatan untuk mengatasi sakitnya. Bukan kaki atau tanganya yang patah, melainkan pinggangnya.

Akhirnya untuk semua pekerjaanya terpaksa dilakukan oleh ayahnya, Wayan Merta (54). Semua pekerjaan dibantu oleh ayahnya seorang karena ibunya sudah duluan pergi (meninggal). Kedua kakinya tidak bisa digerakkan sama sekali, alias lumpuh total. Semestinya, seumuran dia pasti lincah untuk bekerja ataupun beraktifitas lainnya. “Kecelakaan itu bagaikan mimpi buruk bagi saya dan tidak menyangka akan terjadi seperti ini,” ungkapnya, Minggu (17/2).

Dikatakan, sehari-hari dia terpaksa membuat porosan agar bisa dijadikan uang. Dia berharap agar bisa cepat sembuh dan bisa membantu orang tuanya yang juga dalam keadaan miskin. Namun, demikian niat sembuh yang begitu besar ini, tidak dibarengi dengan dana yang cukup untuk pergi berobat ke dokter. Jangakan ke dokter melakukan operasi atau tindak medis lainnya, untuk kebutuhan makan saja keluarga ini tampaknya mengalami kesulitan.

Untuk pergi atau naik ke bale-bale tempat tidurnya, orang tuanya kerap meminta bantuan kepada tetangga untuk membopongnya. Walaupun mengalami lumpuh, gadis ini tampak anggun mengenakan atasan pink.

Kondisi gadis ini kian memprihatinkan ketika melihat kondisi rumahnya yang juga (maaf) hancur. Tidak ada perawatan sedikitpun tampak pada rumahnya tersebut. Namun, dia mengaku merasa nyaman karena ayahnya sangat menyayanginya dan rela untuk merawatnya walaupun dalam keadaan sakit. Rumahnya yang terbuat dari kayu juga sudah lapuk. Sementara atapnya karena sering bocor, terpaksa mempergunakan terpal. Karena kondisinya tersebut, keluarga ini sudah sempat diusulkan dua kali mendapat program bedah rumah. Namun hingga kini tidak kunjung ada realisasinya.

“Saya sebagai buruh tani di tetangga, dan sore baru bisa pulang,” kata Merta sang ayah. Disaat ayahnya pergi tersebut dia tinggal seorang diri dirumah. Yang hanya ditemani seekor anjing yang selalu menemaninya.

Salah seorang aparat Desa, Nengah Rajin mengakui kondisi keluarga ini memang sangat memprihatinkan. Keluarga tidak memiliki pekerjaan tetap, menjadi buruh tani itupun jika ada musim tanam di penghujan seperti ini. “Jika musim kemarau tidak ada pekerjaan keluarga ini makin kesusahan, bedah rumah sudah sempat diusulkan hingga kini belum ada tanggapan,” paparnya.

Karena kekurangan biaya,  saat ini ni ketut nyatel hanya bisa pasrah dan berharap ada uluran tangan para dermawan untuk kesembuhannya supaya bisa kembali beraktivitas dan bekerja meringankan beban orang tuanya. WAN-MB