KNPI Tabanan Gelar Seminar di Pakraman Belayu

?????????????

I Made Budika BNK Tabanan saat Seminar KNPI di Desa Pakraman Belayu

Tabanan (Metrobali.com)-

Tren peningkatan pengguna narkoba dan jumlah warga terjangkit HIV dan AIDS di Kabupaten Tabanan kini semakin mengkawatirkan banyak pihak. Pengguna narkoba tidak saja di wilayah perkotaan tetapi sudah muncul hingga ke pelosok desa di seluruh kecamatan.

“Narkoba seperti penjajah tanpa wajah, dekat dengan lingkungan dan keseharian kita, narkoba sudah menjadi senjata ampuh oleh pihak tertentu untuk melakukan “Froxy War” yaitu perang dengan memanfaatkan tangan-tangan pihak ketiga sehingga sangat berbahaya bagi generasi muda dan keutuhan bangsa, jangan sampai Tabanan menjadi zone merah narkoba”, ungkap I Putu Eka Putra Nurcahyadi dalam seminar bertajuk “Pemuda Tabanan Peduli HIV AIDS dan Anti Narkoba” yang dilaksanakan di Wantilan Desa Pakraman Belayu, Kec. Marga, Kabupaten Tabanan, Kamis (9/11/2017).

Menurut Eka, KNPI Tabanan bersama Eka Media Centre bermaksud mengajak pemuda (yowana) Tabanan memahami masalah narkoba dan HIV AIDS ini dengan lebih terbuka. Tabanan sudah rentan dengan narkoba, hal itu sangat berbahaya bagi generasi muda. Data BNK menunjukan pengguna dan peredaran narkoba di Tabanan sudah masuk sampai ke desa-desa, sementara pengguna narkoba adalah kelompok paling beresiko terjangkit HIV AIDS, mirisnya lagi korban infeksi HIV justru mereka yang tidak berdosa dan tidak tahu apa-apa seperti anak-anak dan ibu-ibu, terangnya.

“Saya sejak tahun 2007 sudah gencar mensosialisasikan hal ini, kasus narkoba dan HIV AIDS di Tabanan pasti akan “meledak”, makanya sangat tepat pada momentum Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober dan Hari Pahlawan 10 Nopember ini kita gelar seminar dengan tema “Pemuda Tabanan Peduli HIV AIDS dan Anti Narkoba” karena relevan dengan kondisi Tabanan saat ini. Tabanan sudah masuk peringkat kelima jumlah warga yang terinfeksi HIV AIDS di Bali, pemuda harus turut berkolaborasi menanggulangi masalah ini, pemuda harus bersatu, penanggulangan narkoba dan HIV AIDS tidak bisa parsial, ajak mantan ketua karang taruna dan juga anggota DPRD Tabanan periode 2014-2019 ini.

Seminar dimulai Pk. 16.00 Wita melibatkan kurang lebih 400 orang pemuda perwakilan Sakaa Taruna 9 banjar se-Desa Adat Belayu, siswa-siswi SMK 2 Tabanan dan SMAN 1 Marga,  serta organisasi pemuda jaringan KNPI dengan pembicara  utama I Made Budika Kasat Bimas Polres Tabanan mewakili Badan Narkotika Kabupten (BNK) Tabanan dan I Ketut Randem mewakili Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Tabanan. Turut hadir perwakilan UPTD Dinas Pendidikan Kec. Marga, Koramil dan Polsek Marga, Kepala Sekolah dan Guru Pembina SMK 2 Marga dan SMAN 1 Marga, Bendesa Adat Belayu, Perbekel Desa Beringkit, Desa Peken dan Desa Batan Yuh, Kelian Adat dan Dinas, Tokoh Masyarakat serta Camat Marga sekaligus membuka seminar.

Dalam sambutannya Camat Marga I Gusti Agung Alit Adiatmika menyoroti perkembangan kasus narkoba dan HIV AIDS dari sisi strategi pembangunan dan demografi Bali. Di era otonomi daerah sekarang ini di Bali terjadi “unbalanced develoment” yaitu pembangunan yang tidak seimbang. Sektor pariwisata menyumbang pendapatan yang besar bagi daerah, tetapi akomudasi pariwisata sebagian besar terpusat di Wilayah Kabupaten Badung, hal ini membuat angkatan kerja dari desa-desa di Bali dan luar Bali termasuk Tabanan ingin mengadu nasib ke wilayah Badung, penumpukan tenaga kerja pun terjadi di wilayah Badung sehingga memicu tindak kriminalitas karena tidak semua angkatan kerja memperoleh pekerjaan yang layak, lalu sebagian ada yang mengambil jalan pintas dengan menjual narkoba, ujar Alit Adiatmika.

“Manajemen pembangunan dan pariwisata Bali harus lebih merata, pariwisata harus bisa memberi nilai tambah bagi semua desa dan wilayah, seharusnya kedepan Bali harus dikelola dalam satu manajemen pulau”, pungkasnya.

Berikutnya pembicara I Made Budika dari BNK Tabanan mengingatkan generasi muda untuk mengenali bahaya narkoba, kita harus waspada, saat ini modus operandi terbaru pengiriman narkoba yaitu melalui pengiriman paket kepada pihak-pihak yang tidak saling mengenal. Informasi organisasi sindikat narkoba cendrung “putus informasi”, maksudnya yang memesan dan yang mengirim narkoba tidak saling mengenal, jangankan nomor teleponnya wajahnya saja kita tidak tahu. “Kita haris hati-hati menerima paket, pengedar narkoba cendrung menyasar generasi muda”, ujar Budika.

Sementara I Ketut Randem dari KPA Tabanan menyampaikan, kasus terjangkit HIV AIDS Kabupaten Tabanan kini berada di peringkat kelima di Bali setelah Kabupaten Badung, Buleleng, Denpasar, dan Gianyar. Jika dilihat per kecamatan, urutan pertama Kecamatan Tabanan, kedua Kediri dan ketiga adalah Kecamatan Marga. Lanjut dia, di Tabanan sudah ada 1000 lebih kasus HIV AIDS, HIV bukan penyakit keturunan, di klinik kami per bulan ada sekitar 125-150 orang yang diperiksa HIV AIDS, setiap bulan rata-rata 10 orang yang terjangkit. Sekarang bukan bapak-bapak saja yang beresiko, dari hasil pemeriksaan ibu-ibu hamil yang hidup dengan orang berisiko (ODHA) 40% positif terjangkit. Kami punya data ada 25 orang ibu-ibu hamil yang positif HIV. Sebelum menikah adik-adik perlu cek HIV AIDS, tegas Randem.

Randem juga banyak menjelaskan penanggulangan HIV AIDS dari sisi pendidikan sex dan diskriminasi. Kata dia, di Bali tidak ada “lokalisasi” tetapi yang ada adalah “lokasi”, artinya lokasi sex berisiko ada dimana-mana. HIV berbeda dengan AIDS, HIV disebabkan oleh virus sedangkan AIDS adalah kumpulan gejala berbagai penyakit. Saat ini belum ada obat untuk membunuh virus HIV, sekarang yang ada hanya obat untuk menghambat laju perkembangan virus HIV saja, sehingga disebut penyakit kronis, dulu HIV AIDS disebut penyakit mematikan, pengidap HIV AIDS meninggal bukan karena virus HIV, tetapi karena gejala penyakit lainnya akibat terjadinya penurunan kekebalan tubuh, tandasnya. MN-MB