Foto: Anggota Komisi X DPR RI Putu Supadma Rudana usai ikut membuka Sepeda Nusantara 2018 “Etape Gianyar Aman” yang dimulai di Taman Kota Gianyar, Minggu pagi (4/11/2018).

Gianyar (Metrobali.com)-

Anggota Komisi X DPR RI Putu Supadma Rudana punya pemikiran yang visioner dan mimpi besar untuk Bali dalam menyiapkan diri menghadapi tantangan besar dalam revolusi industri 4.0. Dimana era ini salah satunya ditandai dengan semakin masifnya penerapan teknologi kecerdasan buatan (artificial intellgence/AI) dan teknologi robotik.

Bali dipandang sudah saatnya memiliki science & technopark hingga pusat penelitian (riset) dan pengembangan kecerdasan buatan. Sebab pemanfaatan kecerdasan sudah ada di sekitar kita dan tidak lama lagi akan secara masif mengubah berbagai aspek kehidupan kita utamanya pada sektor bisnis.

“Tapi dari sisi infrastruktur dan SDM kita masih belum siap. Jadi sudah saatnya Bali punya science dan technopark yang dilengkapi juga dengan pusat riset kecerdasan buatan,” kata Supadma Rudana kepada awak media saat ditemui usai ikut membuka Sepeda Nusantara 2018 “Etape Gianyar Aman” yang dimulai di Taman Kota Gianyar, Minggu pagi (4/11/2018).

Ia mengatakan Bali tidak hanya sebagai destinasi pariwisata kelas dunia, tapi juga diyakini mampu memperkuat positioning di ranah teknologi dan ekonomi digital. Faktanya, usaha rintisan (startup) digital di Bali mulai bergeliat dimotori anak-anak muda yang masih duduk di bangku kuliah bahkan bangku SMA/SMK.

Coworking space yang menjadi salah satu akselerator ekosistem startup digital juga tumbuh subur dengan peran membangun 3C yakni Community (komunitas), Connection (koneksi/jaringan) dan Colaborate (kolaborasi atau kerjasama).

Bali juga menyimpan potensi sebagai markas bagi pelaku startup teknologi internasional. Banyak pengusaha asing yang membuka startup dan menjalankan bisnisnya di Bali.

“Bali berpotensi menjadi hub atau penghubung perkembangan startup dan inovasi digital di Asia bahkan dunia. Bahkan Bali bisa menjadi “Silicon Valley” versi Indonesia,” kata Supadma Rudana.

Dengan berbagai fakta tersebut dipandang perlu penguatan ekosistem startup digital dan penguatan ekonomi digital di Bali. Salah satunya dengan membangun science & technopark. Fasilitas ini nantinya bisa dijadikan rujukan informasi teknologi bagi technopreuner dalam mengembangkan kreativitasnya, juga sebagi sumber informasi.

“Tempat ini juga bisa jadi semacam inkubator bisni bagi para startup dalam menghadapi pergeseran industri yang sekarang memasuki era revolusi Industri 4.0,” ujarnya lantas berharap masyarakat juga memahami esensi revolusi industri 4.0 ini.

Science & technopark ini juga diharapkan menjadi pusat pengembangan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) akan mendorong terciptanya bisnis baru dan menciptakan lompatan yang luar biasa bagi perkembangan industri.

Apalagi aplikasi kecerdasan buatan kian digandrungi oleh perusahaan di Indonesia. Bahkan berdasarkan survei yang dilakukan perusahaan analitik SAS dan International Data Corporation (IDC), Indonesia memimpin dalam pengadopsian kecerdasan buatan di bidang industri di Asia Tenggara.

Sebanyak 24,6 persen perusahaan di Indonesia mengadopsi AI. Di posisi kedua ada Thailand (17,1 persen), Singapura (9,9 persen), dan Malaysia (8,1 persen) dan negara ASEAN lainnya. Tingginya adopsi di Indonesia ini lantaran kedewasaan perusahaan untuk menggunakan AI sebagai cara untuk menginkatkan produktivitas dan efisiensi bisnis.

Sejumlah negara Asia yang lebih maju dalam pengembangan AI seperti Tiongkok juga menyadari besarnya potensi bisnis dan penguatan ekonomi negara dengan pengembangan AI. Bahkan Pemerintah Tiongkok sedang merancang taman dengan teknologi kecerdasan buatan terbesar di dunia.

Tak tanggung-tanggung, dianggarkan USD 2 miliar atau setara Rp 26,9 triliun untuk membangun taman penelitian AI ini demi ambisi menjadi yang terdepan untuk urusan AI di 2025.

“Tiongkok dan sejumlah negara seperti berlari, ngebut berlomba mengembangkan kecerdasan buatan. Kita jangan mau ketinggalan dan jadi penonton. Jangan malah dijajah oleh teknologi yang dikembangkan negara lain dengan kita hanya jadi konsumen,” tegas Supadma Rudana.

Pewarta : Widana Daud

Editor : Whraspati Radha