aborigin(1)

Denpasar (Metrobali.com)-

Suku Aborigin memperkenalkan seni dan budayanya di Australia melalui pameran lukisan yang digelar di galeri Maha Art, Denpasar, pada 4-14 Mei 2014.

Pameran lukisan hasil karya 11 perupa asli suku Aborigin itu dibuka Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra dan Konsul Jenderal Australia di Bali Majell Hind, Minggu (4/5) malam.

“Kagiatan ini bagian dari program pengenalan seni dan budaya Australia yang sepanjang tahun ini kami fokuskan di Indonesia,” kata Sekretaris Kebudayaan Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia, Vicki Miller, ditemui di sela-sela pembukaan pameran tersebut.

Dua tahun sebelumnnya kegiatan serupa difokuskan di Tiongkok dan Vietnam. “Dari Bali, pameran ini nanti kami gelar di Jakarta,” ujarnya.

Sebanyak 11 pelukis yang semuanya berasal dari suku Aborigin, yakni Ian W Abdullah, Brook Andrew, Richard Bell, Robert Campbell Jr, Julie Dowling, Adam Hill, Danie Mellor, Reko Rennie, Daren Siwes, Christian Bumbarra Thomson, dan HJ Wedge, itu menyuguhkan karya-karya tentang seni dan budaya serta gaya hidup mereka di perkotaan Australia selama tiga dasawarsa terakhir.

Suku Aborigin merupakan penduduk asli Australia yang menghuni benua itu sejak 40 ribu tahun silam. Pada 1606, Belanda menduduki benua itu. Namun pada 1788, Inggris secara resmi menduduki Australia dan menjadikannya sebagai tempat pembuangan pelaku-pelaku kriminal kelas berat. Pada masa pendudukan itu disertai dengan kekerasan rasial dan diskriminasi terhadap suku Aborigin.

Kurator seni rupa Wayan Jengki Sunarta menganggap bahwa seni rupa Australia tumbuh atas kreasi orang-orang Aborigin. “Hal itu dibuktikan dengan banyaknya lukisan-lukisan di dinding gua dan di atas pelepah,” ujarnya.

Ia melihat hasil karya 11 seniman itu membongkar stereotip yang menyempitkan kesenian Aborigin hanya sebatas bumerang, lukisan ukir di kulit kayu, atau ukiran-ukiran primitif lainnya.

“Perupa-perupa kontemporer Aborigin terutama yang berusia muda dan mengenyam pendidikan seni rupa secara akademik mampu mengeksplorasi kekayaan seni dan tradisi Aborigin dengan visualisasi yang apik dan penuh sentuhan kontemporer,” kata Wayan Jengki mengomentari karya-karya 11 perupa yang dipamerkan di galer Maha Art itu. AN-MB