Suasana Magis Selimuti Pantai Banjar Nyuh

Suasana magis terasa lokasi Nusa Penida Festival 2016 dipantai Banjar Nyuh, Desa Ped, Sabtu (8/10). Malam itu dipentaskan sebuah tari sakral, tari Sanghyang Jaran Desa Jungutbatu.

Suasana magis semakin terasa kental ketika penari yang diiringi tembang-tembang sakral menari kesana kemari sambil menginjak bara api dari sabut kelapa.

Tari Sanghyang Jarang merupakan salah satu tari sakral di Nusa Penida. Tari ini adalah sebagai tarian penolak bala dan segala bentuk penolak gering marana. Hal ini termuat dalam lontar kecacar dan lontar tantu pagelaran. Adalah seorang sedaka podgala wibuhing jnana Ida Pedanda Gd Punia dari gria Bangli berjasa besar atas warisan adi luhung Sanghyang Jaran yang ada di Desa Jungutbatu.

Alkisah, pada tahun 1894 seorang maha muni diduga berprilaku buruk dilingkungannya. Atas tuduhan dan fitnah tersebut maka sang raja menjatuhkan hukuman keselong atau dibuang dari tempat tinggalnya. Dalam perjalan yang tanpa tujuan ini, tak seorangpun penguasa wilayah yang bersedia menyelamatkan sang pendeta karena takut akan resiko yang dihadapi.

Singkat cerita tibalah disebuah Desa kecil dibawah pemerintahan jro mekel I Nyoman Jungut dan wakilnya I Wayan Batu. Keduanya adalah pemimpin yang pemberani dan sigap. Atas kebaikan hatinya, sejak saat itu Ida Pedanda Gd Punia tinggal dan berbaur dengan masyarakat Jungutbatu hingga menuangkan ilmunya lewat tarian sakral yang dikenal dengan tari Sanghyang Jaran.

Kekian sekaa Tari Sanghyang Jaran Once Srawa Jungutbatu, I Made Subitra meyampaikan, tari Sanghyang Jaran merupakan peninggalan Ida Pedanda Gd Punia yang keselong atau dibuang ke Jungutbatu karena difitnah oleh raja Bangli. Selanjutnya Ida Pedanda tinggal dirumah Perbekel kala itu, I Nyoman Jungut. Disinilah Ida Pedanda membawa tari Sanghyang Jaran yang dilestarikan sampai sekarang. “Ida Pedanda Gd Punia tinggal dirumahnya perbekel sekitar enam tahun,” sebutnya. SUS-MB