Washington (Metrobali.com) –

Gajah mampu mengenali manusia yang menimbulkan ancaman bagi mereka dengan membedakan bahasa dan suara dari kelompok suku yang berbeda, demikian hasil satu studi baru yang disiarkan pada Senin (10/3).

Studi tersebut, yang dilakukan di Taman Nasional Amboseli di Kenya, melibatkan beberapa kelompok keluarga gajah Afrika. Rekaman suara dari dua kelompok etnik manusia yang mereka kenal diperdengarkan; Maasai, yang, secara berkala terlibat konflik dengan gajah mengenai akses ke sumber air dan padang rumput buat ternak mereka, dan Kamba –yang gaya hidup pertanian mereka tak terlalu menimbulkan ancaman buat gajah.

Hasil studi itu memperlihatkan gajah lebih mungkin untuk memperlihatkan prilaku bertahan, seperti bergerombol dan menyelidiki bau, sebagai reaksi saat diperdengarkan suara pria suku Maasai dibandingkan dengan suara pria orang Kamba.

Selain itu, prilaku mereka juga tak terlalu defensif sebagai reaksi terhadap suara anak lelaki dan perempuan Maasai dibandingkan dengan suara kaum pria Maasai. Itu menunjukkan hewan bertubuh besar tersebut secara khusus “memperhitungkan” jenis kelamin dan usia suara untuk menentukan situasi yang paling mengancam.

Hasil tersebut menunjukkan gajah menggunakan petunjuk suara untuk menetapkan ancaman yang ditimbulkan oleh manusia di dekat mereka, demikian laporan Xinhua –yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa pagi. Hasil itu juga menunjukkan keluwesan kognitif yang sangat besar dan kemampuan pembedaan yang sangat baik, kata beberapa peneliti di University of Sussex.

“Mengenali pemangsa dan menilai tingkat ancaman yang mereka timbulkan adalah kemampuan penting buat banyak hewan liar,” kata Profesor Karen McComb, pemimpin penulis studi itu, di dalam satu pernyataan.

“Manusia pemangsa menjadi tantangan paling menarik, sebab kelompok manusia yang berbeda dapat menimbulkan tingkat bahaya yang sangat berbeda bagi hewan yang hidup di sekitar mereka,” kata McComb.

Penulis lain studi tersebut, Graeme Shannon, mengatakan petunjuk akustik, yang menjadi dasar bagi hewan untuk menetapkan suku, jenis kelamin dan usia dari makhluk yang mungkin menjadi pemangsa, memiliki keuntungan tambahan yang berfungsi sebagai sistem peringatan dini yang efektif, terutama jika pemangsa tak terlihat.

“Kemampuan membedakan antara pria Maasai dan Kamba yang mengucapkan kata-kata yang sama di dalam bahasa mereka masing-masing menunjukkan gajah dapat membedakan bahasa yang berbeda,” kata Shannon.

“Ketrampilan yang kelihatan sangat canggih ini harus dipelajari melalui perkembangan atau oleh anggota keluarga yang lebih muda yang mengikuti garis ibu hewan dan hewan betina lain yang lebih tua,” katanya.

Berbagai studi sebelumnya telah memperlihatkan kelompok keluarga gajah Afrika memperlihatkan rasa takut yang lebih besar pada baru pakaian yang dikenakan oleh lelaki Maasai ketimbang pria Kamba, dan juga memperlihatkan agresi ketika kepad mereka diperlihatkan pakaian warna merah –yang menjadi pakaian khas suku Maasai.

Studi itu disiarkan di jurnal AS “Proceedings of the National Academy of Sciences”. (Ant/Xinhua)