Foto: Ketua STMIK Primakara I Made Artana, S.Kom., M.M.,(kanan) bersama perwakilan Konsulat Jenderal India di Bali saat penandatanganan MoU di sela-sela acara “Wisuda III, Sarjana + Technopreneur”, STMIK Primakara, Sabtu (13/4/2019), di Nusa Dua Hall, BNDCC, Badung.

Badung (Metrobali.com)-

Technopreneurship Campus, STMIK Primakara tidak main-main dengan komitmen dan visi untuk mencetak technopreneur (wirausaha di bidang teknologi) yang unggul, handal dan mandiri.

Kampus yang beralamat di Jalan Tukad Badung No. 135 Renon, Denpasar ini juga tidak ingin setengah hati melainkan totalitas berada di garda terdepan, menjadi  motor penggerak penguatan ekosistem ekonomi digital di Pulau Dewata.

Berbagai upaya dan inovasi pun terus dilakukan Technopreneurship Campus yang baru berdiri lima tahun dan kini sudah terakreditasi B secara institusi ini.  Salah satunya dengan gencar menjalin kerjasama luar negeri untuk penguatan technopreneurship.

Yang teranyar kerjasama dijalin dengan Konsulat Jenderal India di Bali. Penandatanganan MoU ini dilakukan di sela-sela acara “Wisuda III Sarjana + Technopreneur”, STMIK Primakara yang digelar Sabtu (13/4/2019), di Nusa Dua Hall, Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Badung.

“Kami jalin kerjasama dengan Konsul India di bidang technopreneurship. Sebab seperti diketahui India mulai maju dalam hal technopreneurship,” kata Ketua STMIK Primakara I Made Artana, S. Kom., M.M., di sela-sela acara wisuda.

Seperti diketahui technopreneurship di India memang cukup berkembang pesat. Banyak startup teknologi dan talenta digital handal lahir dari negara ini.

“Bahkan India sudah punya semacam Silicon Valley yakni di daerah Bangalore yang sudah maju. Itu bisa kita jadikan rujukan ke depan,” imbuh Artana yang berharap Indonesia khususnya Bali bisa mengikuti jejak India sehingga bisa lahir “Silicon Valley” berikutnya di Pulau Dewata.

Secara sederhana, Silicon Valley merupakan istilah yang merujuk markas bagi para perusahaan teknologi bermukim. Silicon Valley merupakan sebuah kawasan di selatan Teluk San Fransisco di California Utara, Amerika Serikat dan merupakan rumah bagi perusahaan-perusahaan papan atas  bidang teknologi seperti Google, Apple, dan Facebook.

Selain perusahaan top, terdapat juga beragam startup di bidang teknologi yang memulai petualangan mereka di sana. Silicon Valley menjadi inspirasi bagi para perusahaan  startup teknologi di seluruh dunia termasuk Indonesia dan khususnya juga Bali.

Motor Penggerak Ekonomi Digital di Bali

Dalam konteks itu, STMIK Primakara juga terinspirasi dengan kesuksesan para perusahaan teknologi di Silicon Valley. Bukan suatu hal yang mustahil Technopreneurship Campus ini ke depan bisa membangun ekosistem startup teknologi dan ekonomi digital di Bali menyerupai yang berkembang di Silicon Valley atau kawasan lain yang telah berkembang menjadi “Silicon Valley baru.”

“Dalam jangka panjang visi  STMIK Primakara adalah bagaimana bisa berkontribusi nyata dalam hal ekonomi digital. STMIK Primakara ingin menjadi motor penggerak ekosistem ekonomi digital di Bali,” kata Artana.

Maka fokus  STMIK Primakara adalah menghidupkan ekosistem ekonomi digital di Bali. Salah satunya dengan menghubungkan kekuatan Pentahelix untuk bersinergi menghidupkan dan menguatkan ekosistem ekonomi digital ini.

Terlebih Indonesia menargetkan menjadi  negara dengan kekuatan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara yang mencapai USD 130 miliar pada 2020. Bahkan Indonesia khususnya juga Bali bisa menjadi “Digital Paradise of Asia.”

“Kami juga fokus peningkatan kerjasama dengan pemerintah dan perusahaan swasta luar negeri. Belum lama ini kami bersama Pemkot Denpasar ke Kota Perth, menjajaki kerjasama dengan Universitas, Inkubator Bisnis di Universitas dan Innovation Hub serta perusahaan teknologi,” ungkap Artana.

Technopreneurship Bukan Proses Instan

Namun STIMIK Primakara menyadari technopreneurship bukanlah sesuatu yang instan, tidak bisa terjadi dalam sehari dan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun butuh proses dan upaya yang terstruktur dan sistematis.

“Proses melahirkan entrepreneur atau technopreneur merupakan proses yang panjang. Dari kampus yang difokuskan adalah proses melahirkan bibitnya. Namun ini harus dilakukan secara sistematis dan terstruktur tidak sporadis,”katanya.

Ia menambahkan apakah dari STMIK Primakara akan lahir startup handal, hal itu tergantung dari proses pembelajaran dan pembentukan mindset technopreneur yang harus terus ditingkatkan.

“Mahasiswa dibekali jiwa technopreneur baik melalui kurikulum maupun kegiatan ekstrakurikuler. Proses itu harus dibaguskan, maka outputnya akan mengikuti,” tandas Artana. (wid)