Manggala Taman Prakerti Bhuana Beng, Ida Bagus Mangku Adi Supartha Ssos ring Lingga Ida  Bhatara Agni Ciwa Bhoda Homa Yadnya, Minggu (14/6/2020).
Gianyar (Metrobali.com)-
Upakara Homa Pangenduh Jagat akan digelar ring Lingga Ida Bhatara Agni Ciwa Bhoda Homa Yadnya di Taman Prakerti Bhuana Beng, Kecamatan Gianyar pada rahina Purnama Kasa, Redite Pahing Sintha, Minggu (5/7/2020). Upakara ini digelar sebagai partisipasi menghadapi masa pandemic Corona Covid-19 dan diharapkan bisa menyomyakan gering agung yang melanda dunia, khususnya Bali.
Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Gianyar melihat sisi posiif Homa Pengenduh Jagat ini sebagai upaya nunas ica. “Ini perlu amat didukung. Terlebih sudah berdasarkan referensi sastra dari sejarag Dang Hyang Nirartha dan Hyang Astapaka. Bahwa jaman dulu pernah digelar upacara Pancakatirta dalam rangka pemahayu jagat,” jelas Sekretaris PHDI Pande Komang Karyawan didampingi Ketua PHDI I Nyoman Patra, Minggu (14/6/2020) kemarin.
Kepada umat Hindu di Gianyar khususnya, PHDI mengajak untuk ikut berdoa dengan tulus. “Bilamana sebuah kegiatan nunas ica, digelar menurut keyakinan sejarah dan referensi sastra meskipun sifatnya parsial patut didukung. Dukungan tersebut cukup dengan doa tulus ikhlas,” ujarnya.
Sementara Owner TPB, Ida Bagus Mangku Adi Supartha, SSos mengaku mendapat petunjuk niskala agar upakara Homa Pengenduh Jagat ini segera digelar. Namun petunjuk pelaksanaan Homa Pengenduh Jagat ini tidaklah didapat secara instan. Melainkan sedikit demi sedikit melalui pendekatan niskala yadnya secara rutin semenjak pandemi merebak. “Sejak Januari kami di TPB nunas ica melalui meditasi. Menghidupkan kembali Agni Sala pada tungku Homa Yadnya selama 2 bulan lebih. Kami juga sampai sempat menurunkan druwe dan pica Ida Bhatara,” jelasnya.
Sampai pada suatu ketika ada petunjuk dari alam lain (pelawatan) yang memberi kode bahwa penanggulangan Covid-19 rimasa pariwesan jagat kabiahparan ura-ara gering tetempur agung ditanggulangi lewat jalan upacara/upakara dengan pemuput nunggal aken warih Ida Bhatara Dang Hyang Dwijendra lan warih Ida Bhatara Dang Hyang Astapaka Brahmana Catur Ciwa kalawan Brahmana Bodha tunggal.
Inspirasi tersebut dikoordinasikan terlebih dahulu secara lisan dengan beberapa sulinggih (Ida Peranda) dan setelah mendapat restu, dilakukanlah paruman terbatas tepatnya pada tanggal 31 mei 2020 di Gedung Ballroom Taman Prakerti Bhuana Beng, Gianyar.
Paruman dihadiri oleh sejumlah sulinggih baik unsur Ciwa maupun Bodha serta pengurus PHDI kabupaten Gianyar, juga dari unsur Perkumpulan Dharmopadesa Pusat Nusantara dan Team TPB.
Hasil paruman diputuskan bahwa telah disetujui dan direstui untuk dilaksanakannya upacara Homa Pengenduh Jagat sebagai usaha untuk menanggulangi keberadaaan Pandemi Covid-19.
“Ini sebagai permohonan secara Niskala agar pandemic Corona Covid-19 bisa Segera sirna dan alam kembali paripurna / bhuana alit muang bhuana agung
Nunas ica agar para ahli obat obatan atau vaksin dimudahkan dan diberi jalan agar segera menukan obat /vaksin covid 19,” jelasnya.
Tidak hanya itu, umat manusia di bumi diharapkan bisa saling asih saling asuh, bantu membantu dalam menghadapi pandemi covid-19, tidak saling menyalahkan, tidak pengkung dan meboya.
Oleh karena dalam situasi pandemi, pelaksanaan yadnya mentaati aturan protokol kesehatan. Antara lain penyemprotan desinfektan, physical distancing, social distancing, pemakaian masker, penyediaan tempat cuci tangan, juga masker dengan personil terbatas. Upacara dimulai pukul 16.00 wita sampai selesai dengan sarana banten Mapadudusan Alit kadi tingkahing manca wali karma,Tawur Jangkep, Bebangkit muang Catur jangkep, Tebasan jangkep.
“Pemuput yadnya, Brahmana Catur nungalaken pertisentana warih brahmana siwa bhoda  Dang Hyang Astapaka lan Dang Hyang Dwijendra jagi Nedunang Pancaka Tirta sane sampun meraga abra sinuhun jagi ngulati tikeh mas manut dik widik (arah mata angin). Disaksikan catur wangsa sami, taler nunas ica jagat. Tapi karena kondisi covid, tidak bisa seperti homa yadnya sebelumnya yang rama. Kali ini hanya sistem perwakilan, brahmana, ksatrya, westra, sudra, serta perwakilan masing-masing klan yang bersedia hadir,” jelasnya.
Brahmana Catur tersebut diantaranya Brahmana Kemenuh Jagi Nedunang Tirta Kundalini, saking Pacima Ida Pedanda Gede Rai Gunung Ketewel, Geria Bakbakan. Brahamana Manuaba Jagi Nedunang Tirta Pawitra saking utara Ida Pedanda Agung, Geria Agung Beng. Brahamana Keniten jagi Nedunang Tirta sanjiwani, saking purwa Ida Pedanda Pacung Geria Batuan.
Brahamana Mas Jagi Nedunang Tirta Kamandalu, saking daksina Ida Pedanda Mas Bluangan Sanur. Bhoda Jagi Nedunang Tirta Amerta, saking madya Ida Pedanda Budha Gunung Sari, Geria Gunung Sari, Ubud. Terkait pembiayaan upakara, sepenuhnya dipuniakan oleh Ida Bagus Mangku Adi Supartha SSos (Owner TPB). “Biaya kita tanggung full untuk kepentingan umat. Tidak memohon kepada siapapun, kalau pun ada yang berniat silahkan. Supaya tidak menimbulkan beda tafsir. Ini full pengabdian pada umat,” jelasnya.
Kepada umat sedharma maupun masyarakat umum atas dasar tulus iklas, diharapkan ikut berdoa ngastiti di rumah masing-masing pada sore saat Purnama Kasa. Agar Karya Homa Pengenduh Jagat dapat berjalan dengan lancar labda karya  saha mendapat tuntunan dari Hyang Widhi Wasa  sehingga pandemic covid 19 bisa somya dan umat manusia di bumi bisa hidup normal lagi seperti sedia kala. “Kami tidak mengimbau apa-apa. Juga tidak perlu minta apa-apa, cukup doa yang tulus iklhas dari rumah masing-masing. Saat purnama kasa, setelah matahari terbenam. Mohon doa restu semua umat masyarakat agar acara dapat berjalan baik dan lancar,” tegasnya.
Sementara itu Ida Dang Kerta Dharmopadesa Nusantara Ida Pedanda Rai Gunung Ketewel Griya Bakbakan, Gianyar mengatakan pelaksanaan upakara Homa Pengenduh Jagat merupakan upakara pingit. “Upakara homa pengenduh jagat, pingit pisan, sami munggah ring puja ageng. Puja padudusan, pengelanduh gering,” jelasnya.
Pelaksanaan saat pandemi Covid-19 pun dinilai sangat tepat. “Sesuai pisan digelar dalam situasi saat ini. Semua lontar menyebutkan tentang pemlehpeh, pengelebur gangsa, Roga Sanggara Bumi. Apalagi, ada kleteg pacang ngewentenang puniki. Becik pisan. Baik dilaksanakan ketika ada ceciren jagat,” ungkapnya.
Pewarta : Catur
Editor : Hana Sutiawati