Klungkung ( Metrobali.com )
Renovasi SMP Kerta Wisata, di Desa Selat, Klungkung dalam pelaksanaannya rupanya masih ada kendala di lapangan. Sejak dilakukan Renovasi bangunan sekolah  timbul gejolak di masyarakat yang menentang renovasi tersebut, karena sejumlah bangunan yang direnovasi sebelumnya dimanfaatkan oleh warga desa sebagai tempat penyimpanan inventaris desa berupa alat-alat upacara. Padahal pelaksanaan Renovasi sekolah tersebut sudah sepengetahuan bendesa adat I Wayan Sudiarsa. Lalu apa kata Kadisdikpora setelah dikonfirmasi terkait masalah tersebut?

Menanggapi kisruhnya pembangunan gedung SMP Kerta Wisata , Selat ini Kadisdikpora Klungkung Ni Wayan Ringin,S.Ag,MAg  dalam keterangannya Rabu(26/9) diruang kerjanya menyayangkan adanya penyetopan pembangunan oleh rekanan yang menangani pembangunan gedung tersebut. Hanya saja menurut istri Bupati Candra ini  hanya kurang kordinasi dari pihak sekolah maupun dari rekanan yang menangani pembangunan.

“ Secara mekanisme tidak ada yang melanggar dari kajian pemerintah bahwa diantara sekolah yang perlu segera direnovasi adalah Gedung Sekolah SMP Kerta Wisata, Selat karena sekolah tersebut sudah dalam kondisi sangat memprihatinkan juga sangat diperlukan oleh anak anak dikawasan Desa Selat sekitarnya,”ujarnya.

Disamping itu hendaknya semua orang berpikir jernih karena yang terpenting adalah bagaimana pendidikan anak anak bisa berlanjut. Malah dengan jumlah siswa sebanyak 146 siswa merupakan sekolah dengan jumlah murid yang tergolong gemuk disamping untuk mengantisipasi jika ada anak anak SD yang tidak bisa diterima disekolah negeri, kilahnya. Karena pertimbangan itulah makanya
pemerintah memandang perlu sekolah tersebut direnovasi dengan dana DAK sebesar Rp 270 juta.

” Hanya saja fator kurangnya komunikasi antara sekolah dengan pihak warga setempat yang mungkin menjadi penghambat proses pembangunan sekolah itu. Yang jelas renovasi tersebut harus tetap jalan ,” ujarnya seraya menyayangkan kejadian tersebut.

Namun runyamnya  Petajuh Desa Adat Selat, Gusti Lanang Miura, malah berkomentar beda yang menegaskan prihal asal muasal timbulnya kisruh di masyarakat terhadap renovasi gedung sekolah yang kini kondisinya sudah rusak berat tersebut.
Mencuatnya kisruh di masyrakat tersebut, menurut Gusti Muria disebabkan oleh proses pembongkaran yang dilakukan oleh pihak pemborong pada tanggl 1 September 2012 lalu.  Ketika itu pembongkaran dilakukan tepat di bangunan yang dimanfaatkan sebagai penyimpenan akat akat uoacara oleh Desa Adat Selat.

Anehnya, tiba-tiba muncul surat izin rehab yang telah ditandatangani secara langsung oleh Bendesa Adat Selat, I Wayan Sudiarsa. Padahal pihak Gusti Muria mengaku, Bendesa Adat tidak pernah melakukan rapat ataupun mengundang warga untuk membicarakan masalah penurunan izin rehab tersebut.  Oleh karena itu, Gusti Muria sempat melaporkan kasus pembongkaran bangunan itu ke Polsek Klungkung, atas tuduhan pengerusakan. Tidak hanya itu, setelah melalui rapat panjang bersama seluruh pihak Desa Adat Selat, Bendesa Wayan Sudiarsa menyetujui surat permohonan untuk menghentikan sementara pelaksanaan rehab gedung. ‘Sekolah
belum mintak izin untuk rehab. Akhirnya pada tanggal 16 September ada rapat dan dimunculkan surat pemberhentian kerja,” tegas Gusti Muria.
Di sisi lain, Kepala SMP Kerta Wisata, Wayan Suardana ketika dikonfirmasi menjelaskan, kini pihak sekolah masih menunggu hasil rapat di internal desa. Ia menyatakan sudah sempat berkoordinasi dengan Bendesa Adat Selat Wayan Sudiarsa.

Lebih lanjut dikatakan, proyek renovasi dianggarkan dengan dana sebesar Rp 270 juta yang besumber dari DAK.  Pihaknya tidak hanya menyewa tiga ruang kelas saja, tetapi seluruh bangunan yang ada di lokasi tersebut juga ikut disewa.  Rencananya, proses renovasi yang sedang berjalan saat ini, akan digunakan untuk memperbaiki dua ruang kelas, sehingga dapat dimanfaatkan oleh 146 orang siswa yang ada disekolah tersebut.

” Saya merasa bertanggung jawab untuk pelaksanaan renovasi gedung ini bisa jalan dengan baik karena tujuannya untuk kebaikan kelancaran pendidikan di Desa Selat. Disamping itu jika nanti sudah beres dan klar semua gonjang ganjing pembangunan gedung sekolah ini saya siap mundur dari jabatan kepala sekolah ini,”ujar tokoh masyarakat Manduang ini tegas.

Sementara itu, Bendesa Adat Selat, Wayan Sudiarsa kemarin menyampaikan bahwa kini seluruh pihak sedang mencari solusi terbaik. Dirinya hanya berharap, setelah proses negosiasi usai, proses pembangunan dapat dilanjutkan. SUS-MB