Denpasar, (Metrobali.com)-

Sampah hendaknya dikelola mulai dari rumah tangga berbasis sumber. Kita sudah capek studi banding ke luar daerah dan luar negeri, akan tetapi tidak pernah akan ada hasilnya.

Hal itu diungkapkan Ny. Putri Suastini saat menjadi pembicara dalam acara dialog Wirasa di TVRI, Jumat (14/2) di Denpasar.

Semua harus gerak dalam mengatasi sampah. Peran yang bisa diambil PKK, kata Suastini Koster, antara lain, membantu program pemerintah. Salah satunya, bantu program Pemprov Bali dalam pengurangan sampah.
Menurut Suastini Koster, Gubernur Koster sudah menerbitkan Pergub Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Slastik Sekali Pakai dan Pergub Nomor 47 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber.
“Di sini PKK Provinsi Bali bisa berperan dengan mengedukasi masyarakat supaya tidak membuang sampah ke TPA. Bantulah memberikan pemahaman bahwa sampah harus diolah dan diselesaikan dulu di tingkat rumah tangga,” kata Putri Suastini Koster.
 “Ayo kita gerak. Jangan pikir buang sampah ke TPA saja. Kita PKK yang ada di sini yuk mulai sekarang mengedukasi anggota keluarga dulu, terus ke masyarakat luas untuk kelola sampah berbasis sumber. Dengan demikian, kita sudah bergerak menyukseskan program pemerintah,”  ajak Istri Gubernur Bali Wayan Koster.
Dalam kesempatan itu, Suastini Koster juga mengingatkan antara satu wilayah dengan wilayah lainnya agar tidak saling memindahkan sampah yang diproduksi.
“Jika produksi sampah itu dari rumah kita, ya jangan dibawa ke rumah orang lain. Jika sampah itu adalah milik kabupaten kita, ya jangan dibawa ke kabupaten lain, karena mereka bukan tempat penampungan yang selalu siap untuk mencium bau busuk sampah yang datang dari wilayah luar,”  tandasnya.
Dikatakan, Bali harus menjadi contoh. Kita sudah capek studi banding ke luar daerah dan luar negeri soal sampah, akan tetapi tidak pernah akan ada hasilnya.
Di bagian lain, Suastini Koster juga menyinggung generasi muda. “Kita tidak boleh lupa menjaga generasi muda kita dari ancaman seperti halnya bahaya narkoba, pergaulan bebas. Dari situ kemudian akan muncul penyakit virus-virus yang menyebar di dalam tubuh, ” tandasnya.
Dikatakan, coba bayangkan kalau generasi muda kita yang ada adalah calon-calon pemimpin, 10 sampai 20 tahun mendatang sudah rusak. Apa yang diharapkan oleh bangsa ini oleh pemimpin yang sudah tidak sehat.
Kalau generasi milenial itu ada bayang-bayang kolonial kita tidak akan bisa bicara NKRI harga mati, karena kita sudah mati duluan oleh virus itu sendiri.
Suastini Koster mengatakan, sebagai tim penggerak PKK kita harus tularkan kepada ibu-ibu, kita sosialisasikan apa yang sedang mengancam kita, apa yang sedang kita hadapi, bagaimana mencari solusinya. Salah satu caranya adalah sosialisasi.
Selain itu Putri Koster juga menyinggung terkait Penglolaan HATInya PKK di tingkat rumah tangga. Dimana diharapkan ibu-ibu dapat berperan aktif dalam mengelola halaman pekarangannya. Selain diharapkan tetap asri juga tanaman tersebut dapat bermanfaat dan memenuhi kebutuhan rumah tangga, sehingga ibu-ibu dapat menghemat pengeluaran dalam membeli bumbu-bumbu dapur.
Untuk itu Putri Koter berharap pada seluruh masyarakat agar turut melaksanakan pergub yang telah dibuat oleh pemerintah karena penyelesaian dari semua permaslaahan adalah diri kita sendiri.
Sementara itu, Kadis LH Provinsi Bali Made Teja mengatakan berdasarkan pemetaan sampah di Bali khususnya nanti pada hari Raya, pasti akan ada peningkatan sampah 20% dan kebanyakan sampah tersebut adalah sisa-sisa upacara.
Dengan adanya pergub pengelolaan sampah, diharapkan masyarakat dapat mengolah sampahnya sendiri dilingkungan rumah tangga. Misalnya sampah organik bisa dijadikan pupuk, sampah unorganik dapat dijual kepada bank-bank sampah yang ada dilingkungan tempat tinggal.
Selama ini pihaknya telah bekerjsama dengan berbagai pihak dalam sosialisasi pergub penanggulangan sampah plastik, bagi dari lingkungan pendidikan, ttempat perbelanjaan dan desa adat.
 “Dimana saat ini kami sedang menyusun awig-awig atau peraturan ditingkat desa adat terkait pengolahan sampah di lingkungan rumah tangga, saat ini masih dalam pembahasan dengan para bendesa adat di Bali” katanya.
Ia berharap dengan gencarnya sosialisasi yg dilakukan masyarakat dapat memahami pentingnya menjaga lingkungan dan mulai begerak untuk peduli terdahap keberadaan sampah.
Editor : Hana Sutiawati