Tabanan (Metrobali.com)-

Produk pangan sehat dapat di upayakan melalui sistem pertanian organik. Hal itu dikatakan DR. Luh Kartini, Dosen sekaligus praktisi pertanian dari Fakultas Pertanian Universitas Udayana saat memberikan pelatihan pangan sehat kepada kelompok tani Padang Jerak. Pelatihan ini diselenggarakan serangkaian dengan HUT ke-5 kelompok tani Padang Jerak, bertempat di Balai Subak Banjar Basang Be, Desa Perean Kangin, Baturiti Tabanan, Minggu (9/10/2011).

Kepala Desa Perean Kangin Ketut Astra,  dalam sambutannya menyambut baik kegiatan pelatihan ini. Ketut Astra berharap pelatihan tidak selesai dalam tataran administrasi saja, tetapi dapat di implementasikan secara berkesinambungan. Terkait dengan pertanian, masalah sumber daya air masih menjadi kendala bagi warga subak di desanya. ‘’Kepada pemerintah dan seluruh pihak dapat membantu melakukan kajian terkait dengan persoalan sumber daya air yang ada selama ini, “harap Ketut Astra.

Seperti diketahui sepuluh tahun terakhir, petani di Kabupaten Tabanan mulai antusias mengembangkan produk pertanian organik. Disamping untuk melakukan efesiensi biaya produksi, system pertanian organik  dapat menciptakan produk pangan sehat, yang permintaannya terus meningkat di pasaran.  Sistem pertanian organik sebenarnya bukan hal yang baru bagi masyarakat petani di Bali. Sebelum dicanangkannya revolusi hijau awal tahun 1970-an, petani di Bali masih sangat “akrab” dengan metode pertanian organik. Bahkan sistem ini sejalan dengan nilai-nilai keyakinan dan budaya masyarakat Bali.

DR. Luh Kartini dalam penjelasannya mengatakan, mempertahankan sistem  pertanian organik merupakan salah satu solusi dalam mengatasi kelangkaan air di musim kemarau. Lahan pertanian organik mampu menjadi kawasan resapan air yang lebih efektif dimusim hujan. Bahkan dengan sistem pertanian organik petani masih bisa berproduksi bahan pangan alternatif di musiam kemarau. Untuk itu, petani  harus memahami dan memiliki Sistem Pengendalian Internal (Internal Control System/ICS) yang terdiri dari lima aspek utama yaitu; menjaga ekosistem SDA pertanian seperti ketersediaan air, mengurangi alih fungsi lahan, meningkatkan kapasitas SDM petani, pengembangan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan, serta adanya pemasaran produk pasca panen yang terkendali, jelasnya.

“Petani harus memiliki komitmen dan terus melakukan pelatihan secara berkala, dengan demikian ICS pasti dapat dilaksanakan, “tegas DR. Luh Kartini.

Dalam kesempatan yang sama Dr. Gede Wijana, selaku fasilitator pemasaran pangan organik untuk beberapa kelompok tani di Tabanan mengatakan, produk pangan organik yang dilempar ke pasaran harus memenuhi standar kontrol yang dapat memberi jaminan terhadap kualitas dan kuantitas produk pangan organik dari petani. ‘’Dengan kontrol yang ada, semua proses produksi terkendali dan dapat diketahui berapa seharusnya kuantitas produksi per musim panen, sehingga dapat dipastikan tidak ada produk pangan organik bodong, “ungkap DR Gede Wijana yang kesehariannya sebagai Dosen di Fakultas Pertanian Unud.

HUT ke-5 Kelompok Tani Padang Jerak kali ini terasa sedikit berbeda dari sebelumnya. Disamping pelatihan sistem pertanian organik, juga diisi dengan pelatihan budidaya jamur tiram yang disampaikan oleh Steven, salah seorang pengusaha jamur tiram  yang sukses dari Denpasar. Dilanjutkan dengan sosialisasi penyadaran pangan sehat yang dibawakan oleh Kelompok Konsumen Pangan Sehat (K2PS).  Pada kesempatan ini, hadir pula peserta dari Bali Organic Association (BOA), IDEP Foundation, PPLH Bali, Perwakilan Magister Pertanian Lahan Kering serta Mahasiswa S3 Ilmu Pertanian UNUD. (MN)