suasana-orasi-di-podium-bali-bebas-bicara-apa-saja-pb3as-di-lapangan-puputan-margarana-niti-mandala-renon

Suasana orasi SMAN 6 Denpasar di Podium Bali bebas Bicara Apa Saja (PB3AS) di Lapangan Puputan Margarana Niti Mandala Renon, Denpasar, Minggu (30/10).

Denpasar (Metrobali.com)-

Aksi para siswa SMA N 6 Denpasar untuk mengajak masyarakat agar lebih bijaksana dan hemat dalam menggunakan energi listrik  meramaikan Podium Bali bebas Bicara Apa Saja (PB3AS) di Lapangan Puputan Margarana Niti Mandala Renon, Denpasar, Minggu (30/10). Dalam orasi yang disampaikan oleh perwakilan siswa Andreyana Yudha, mengajak masyarakat untuk melakukan penghematan setidaknya 10% energi listrik dalam sehari. Hal itu didasari atas ketersediaan cadangan sumber energi listrik sudah mulai menipis dan diperkirakan hanya bertahun hingga 20 tahun lagi. “Walau hanya 10%, namun jika diterapkan oleh masyarakat luas pastinya sangat bermanfaat, sekaligus memberikan kesempatan daerah-daerah terpencil yang belum bisa menikmati fasilitas listrik,” jelas siswa yang duduk di kelas XI ini.

Lebih jauh ia juga menyatakan jika sekolahnya telah melakukan aksi efisiensi energi serta mengaplikasikan energi baru dan terbarukan. “Yang artinya dalam upaya penghematan energi kita juga membentuk kelompok lintas minat yang memperbaharui sumber energi yang baru, contohnya panel surya yang sebelumnya belum begitu efektif untuk efisiensi energi, kini telah berhasil kita perbaharui menjadi panel solar yang mampu menampung lebih banyak lagi energi matahari dan kemudian diolah menjadi energi listrik yang berkekuatan tinggi,” imbuhnya.

Selain itu upaya-upaya yang dilakukannya selaku ‘Pahlawan Energi’ adalah dengan meminimalisir penggunaan energi listrik, seperti mengganti penggunaan AC dengan jendela sehingga lebih ramah lingkungan karena udara mudah mengalir masuk ke ruang kelas. Bahkan ia juga menyatakan jika aksi sekolahnya ini telah mendapat dukungan dari Kementrian ESDM RI.

Sebelum melakukan aksi orasi oleh para siswa, Guru mereka, Ketut Sinah, juga sempat berorasi dan meminta agar pemerintah lebih peduli lagi dengan kualitas pelayanan Rumah Sakit Pemerintah. Ia menyayangkan keterlambatan penanganan oleh RS untuk salah satu anak didiknya akhirnya berujung sangat fatal. “Anak didik saya pernah kecelakaan dan sempat kritis beberapa waktu, namun karena tidak kunjung mendapat penangana tim medis hingga berjam-jam akhirnya Ia meninggal,” jelasnya.

Di sisi lain, orasi yang menjadi topik PB3AS disuarakan I Gede Maharta dari Buleleng serta Made Suwirya dari Nusa Penida menyampaikan uneg-unegnya seputar permasalahan Pariwisata yang terjadi akhir-akhir ini di Bali. Gede Maharta yang juga merupakan seorang supir paruh waktu meminta Gubernur Bali untuk segera menyelesaikan masalah angkutan umum baik yang berbasis online maupun offline agar tidak menjadi semakin berlarut-larut.

Karena menurutnya aksi demo yang saling berbalasan sudah tidak bagus bagi citra pariwisata kita. Selain itu ia juga meminta pemerintah dan PT Angkasa Pura selaku pengatur Bandara Internasiona Ngurah Rai agar menertibkan angkutan umum ilegal di sana, agar Bandara terkesan lebih rapi.

“Jangan sampai Bandara kebanggan kita seperti terminal Ubung, angkutan banyak yang tidak tertib,” pintanya. Dalam kesempatan itu ia juga meminta perhatian pemerintah untuk memfasilitasi pembukaan konter jasa angkutan yang nantinya akan diisi oleh rekan-rekan sesama sopir di Bandara. Ia menyayangkan hingga saat ini konter-konter hanya diisi oleh para pemodal besar, karena menurutnya pihaknya juga sangat membutuhkan, apalagi hingga saat ini dirinya maupun rekan sesama sopir sudah berlisensi.

Sementara Made Suwirya yang menekuni profesi sebagai pramuwisata dan juga merupakan anggotan aktif HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) mengajak masyarakat Bali untuk meningkatkan kompetensi mereka utamanya di bidang kepramuwisataan agar tidak kalah saing dengan para pencari kerja dari negara-negara ASEAN.

“Jangan sampai kita masyarakat Bali tertinggal di rumah sendiri, mulailah jengah dan perbaiki kompetensi diri, apalagi pemerintah sudah menyediakan banyak kesempatan bagi pelatihan peningkatan kompetensi,” jelasnya.

Ditambah lagi Pemerintah Pusat telah menetapkan 10 destinasi wisata sebagai “Bali Baru”, sehingga begitu banyak peluang tersedia, dan Ia berharap agar peluang tersebut tidak direbut oleh warga asing di tengah arus global ini.

Ia  juga meminta Pemerintah agar lebih memperhatikan penataan Pariwisata Bali. Menurutnya Bali berbasis Pariwisata Budaya, salah satu macam wisata yang sangat mahal, sehingga sudah sepatutnya Pemprov Bali menetapkan standar wisata agar tidak terkesan murahan. “Jika kita tidak benar-benar menata, maka Bali akan overload  didatangi oleh wisatawan yang tidak berkualitas, dan tentunya itu akan berdampak buruk bagi alam dan budaya pulau kita ini,” pungkasnya.

Hadir pula pagi itu pembicara rutin PB3AS yaitu Pak Edi dari Denpasar. Dalam kesempatan itu kembali mengajak masyarakat untuk selalu peduli akan lingkungan serta meminta pemerintah untuk mulai serius menata Pariwisata Bali ke arah yang lebih berkelas dan berkualitas. AD-MB