Denpasar (Metrobali.com)-

Perilaku para siswa dewasa ini semakin tak terkontrol. Selain marak kasus tawuran hingga menelan korban jiwa, kini siswa bolos juga kian meresahkan. Pasalnya, banyak siswa yang berseragam sekolah nongkrong di sejumlah ruang publik seperti warung internet, pertokoan, dan lainnya saat jam sekolah masih berlangsung. Bahkan, sejumlah siswa sempat tertangkap basah oleh tim sidak gabungan antara Satpol PP dengan Disdikpora Kota Denpasar saat nongkrong di warung internet, belum lama ini. Lha kok bisa ?

Kepada koran ini, Kamis (4/10) kemarin, Ketua Dewan Pendidikan Kota Denpasar, Putu Rumawan Salain mengakui siswa bolos atau keluyuran saat jam belajar itu sudah menjadi persoalan klasik atau sudah sangat lumrah. “Ya, siswa bolos saat ini memang sudah kian meresahkan,” jelasnya.

Diakuinya, hal ini karena para pelaku dunia pendidikan acapkali lengah dan kurang sigap dengan perubahan paradigma kritis yang terjadi di tengah masyarakat terkini. Apalagi, adanya desakan arus budaya global yang sangat pesat dan serba instan. Selain itu, kapasitas kelas yang ada sudah overload atau melebihi jumlah idealnya, karena sekolah hanya berpacu mengejar kuantitas dan cenderung mengabaikan kualitas.

Di samping itu, seringkali siswa tidak suka dengan mata pelajaran yang diberikan oleh gurunya dengan berbagai alasan klasiknya. Di antaranya karena siswa tidak suka mata pelajaran atau tidak suka gurunya. Akibatnya, siswa tersebut tidak betah atau merasa tidak nyaman berada di dalam kelas, sehingga memilih bolos atau keluyuran di luar kelas maupun di luar sekolah.

Menurutnya, perilaku bolos tentu tidak baik terlebih dapat berdampak negatif terhadap perkembangan kepribadian dari siswa tersebut ke depannya. Maka itulah, pihak sekolah semestinya tidak pernah berhenti melakukan pengawasan dan penindakan tegas terhadap siswa yang gemar bolos. Selain itu, sistem pengajaran tidak hanya bersifat teoritikal, melainkan harus lebih menekankan pada konsep tematikal untuk pengembangan pendidikan karakter.

Lebih jauh, dia menegaskan adanya tindakan sidak gabungan antara Satpol PP dengan Disdikpora Kota Denpasar memang patut diapresiasi positif, tapi hendaknya tidak hanya hangat-hangat tahi ayam. Yang terpenting adalah tindakan pro-aktif dari sekolah dengan komite sekolah serta orang tua siswa dalam memantau perubahan perilaku peserta didiknya (siswa). “Sehingga, tidak terkesan selalu terlambat dan merasa kecolongan, serta mendadak kelimpungan saat kejadian,” sentilnya, sembari meminta untuk lebih mengefektifkan kinerja guru pembimbing kelas.

Hal senada hal ini diungkapkan oleh Putu Sarjana, pengamat pendidikan yang juga dosen Unhi Denpasar mengatakan perilaku bolos para siswa dengan nongkrong di areal publik seperti warnet tidak hanya terjadi di Kota Denpasar. Karena itu, perlu disikapi secara lebih serius karena dapat berdampak negatif terhadap sikap dan perilaku sosial dari siswa tersebut ke depannya.

Diakuinya, mengatasi perilaku bolos siswa tidak cukup dengan tindakan sidak semata, tapi justru dengan mengefektifkan kegiatan sekolah sesuai dengan minat dan bakat para peserta didik (siswa), serta membangun hubungan harmonis siswa dengan para guru, sehingga tidak ada lagi  siswa yang bolos karena suka mata pelajaran tertentu di sekolah. “Sidak memang perlu untuk menegakkan aturan secara tegas, tapi yang lebih penting adalah mengoptimalkan peranan perangkat sekolah untuk mendidik siswanya, agar menjadi generasi emas bangsa yang berkualitas dan unggul,” gugahnya. IJA-MB