Ketua Kelompok Simantri 096 Banjar Blangsinga, Saba, Blahbatu, Kabupaten Gianyar, I Made Astawa
Ketua Kelompok Simantri 096 Banjar Blangsinga, Saba, Blahbatu, Kabupaten Gianyar, I Made Astawa
Gianyar, (Metrobali.com)-
Ketua Kelompok Simantri 096 Banjar Blangsinga, Saba, Blahbatu, Kabupaten Gianyar, I Made Astawa menjelaskan, Pemrov Bali memberikan bantuan sapi sebanyak 20 ekor, dalam program Sistem pertanian terintegrasi (Simantri) Bali Mandara.
Kemudian sapi tersebut di kembangbiakan oleh Kelompok Tani (Poktan) Sapitik sehingga berkembang menjadi 65 ekor. 
Namun karena adanya saran dari pemerintah jika sapi sudah tidak membuahkan hasil harus segera dijual, dan kemudian diganti dengan sapi yang menghasilkan.
Diterangkan, Simantri 096 yang beranggotakan 25 orang anggota ini, kini memiliki sapi sekitar 36 ekor. Ia menyebutkan Simantri ini semuanya sangat berfungsi baik dari kotoran maupun dari kencingnya, dari program tersebut pengolahan pupuknya dan perkembangan sapi betina untuk memberdayakan Simantri 096.
“Kami selalu di evaluasi dan selalu ada peningkatan, pada tahun 2012 kami mengikuti lomba dan mendapatkan juara 1 di tingkat Provinsi sehingga bonus yang kami terima untuk studi banding ke Thailand,” ujarnya ditemui di lokasi.
Ia mengaku, ketika studi banding di Thailand belum bisa menerapkan sistem yang seperti di Thailand karena di Negara tersebut semua alat yang digunakan sudah sangat canggih, sementara di Bali masih manual.
“Tahun 2015 kami bekerjasama dengan negara Jepang tepatnya di Osaki, teknik pengolahan di Jepang sangat berbeda dengan kita. Pertama kita bentukan seperti gunung untuk kemudian setiap hari suhunya diukur dengan alat pengukur dari Jepang, Nah kemudian tiap hari kita harus melaporkan ke Jepang keadaan suhunya melalui email atau internetan setiap hari,” katanya seraya menambahkan prosesnya sekitar 3 sampai 4 bulan baru bisa menjadi pupuk.
Pupuk yang dikelola kelompok Simantri 096 saat ini di subsidi oleh pemrov Bali, pupuk tersebut digunakan untuk subak-subak yang ada di Bali pada khususnya.
Hasil Binaan Simantri
Pada tahun 2015 kelompoknya dipercaya untuk mengelola pupuk subsidi senilai Rp10M, untuk wilayah Bali dengan kapasitas 12.500 ton. Dalam sebulan dengan kapasitas sapi 35 ekor menghasilkan 5 ton.
Untuk menutupi pupuk subsidi ia bekerjasama dengan simantri lainnya yang ada di wilayah Bali sehingga pupuk subsidi dari Pemprov Bali tetap lancar.
“Satu ton jika di subsidi pemerintah itu Rp950.000/kg, sedangkan pemerintah membayar Rp800.000/kg dan petani yang menerima membayar Rp150.000/kg,” ungkapnya.
Salah satu petani I Wayan Sukra (63) petani mengaku merasa diuntungkan karena sudah bergabung dengan Simantri.
“Dulu saya tidak punya sapi tapi setelah ada Simantri saya baru punya sapi, saya beli seekor sekarang jadi 3 sapi Bali,” ujarnya.
Sistem pembagian keuntungan pihaknya dengan Simantri katanya dibagi dengan keuntungan 70 persen untuk penggarap dan sisanya 30 persen untuk kelompok Simantri.
“Misalnya, saat dibeli sapi harga jual pokoknya Rp5 juta, kemudian sapi tersebut dijual lagi seharga Rp10 juta. Maka keuntungannya dibagi 70:30,” ujarna.SIA-MB