Mangupura (Metrobali.com)-

Serangga tomcat masuk kepemukiman warga diduga karena rusaknya ekosistem lingkungannya, besar kemungkinan habitat hidup tomcat mulai rusak dan berkurang karena yang dulunya belantara sawah kini berubah menjadi daerah pemukiman, hal ini disampaikan Sekretaris Daerah Kab. Badung Kompyang R. Swandika, SH.MH yang diwakili Kepala Dinas Kesehatan Kab. Badung DR. I Gede Putra Suteja, “Selasa (27/3) kemarin di Pusat Pemerintahan Kab. Badung, yang juga dihadiri seluruh SKPD dilingkungan Pemerintah Kab. Badung serta Camat se-Badung.

I Gede Putra Suteja mengatakan yang menjadi predator tomcat  seperti cecak dan tokek keberadaannya semakin berkurang karena ditangkap/diburu oleh warga. Serangga tomcat sebenarnya tidak berbahaya asal jangan diganggu bila mana menempel ditubuh kita cukup dihalau dengan ditiup,  kalau sampai tertepuk dan terkena cairan racunnya kulit yang terkena langsung dicuci sampai bersih agar tidak gatal. Bila mana terjadi iritasi pada kulit agar segera mendatangi puskesmas terdekat dan melaporkan kepada dinas kesehatan “ pintanya. racun tomcat akan bereaksi 12 sampai 36 jam setelah terkena cairan racunnya.

Lebih lanjut dihimbau kepada seluruh SKPD beserta jajaran, warga/masyarakat Badung khusunya agar tetap selalau waspada dan melakukan langkah-langkah antisipasi/pencegahan  terkait situasi yang kurang kondusif akhir-akhir ini, serta terhadap bencana yang terjadi ini baik bencana alam dan wabah penyakit.

Terkait dengan serangga tomcat warga agar tidak terlalu resah dengan penemuan serangga tomcat diwilayah kita, menurutnya tomcat tidak agresif sudah ada dari sejak dulu kala dan merupakan sahabat petani sebagai predator hama wereng. Dibali tomcat disebut dengan cecopet, ukurannya tidak besar yaitu antara 7 hingga 10 milimeter serangga ini hampir ada diseluruh pulau Bali khususnya dan Indonesia umumnya, “ucapnya. SUT-MB