Aden (Metrobali.com) –

Dua serangan udara yang dilakukan pasukan Yaman menewaskan lima terduga anggota Al Qaida di Yaman selatan, Jumat, demikian diumumkan kementerian dalam negeri.

Serangan-serangan itu ditujukan pada militan di kota Al-Mahfad di provinsi wilayah selatan, Abyan, kata kementerian itu di situs beritanya.

Jet-jet Yaman melakukan sejumlah serangan di kawasan lembah dekat Al-Mahfad selama tiga hari terakhir, kata beberapa saksi kepada AFP.

Pada masa silam, serangan-serangan pesawat tak berawak juga ditujukan pada kelompok terkait Al Qaida di wilayah selatan Yaman.

Pesawat-pesawat tak berawak di Yaman melancarkan serangan yang menewaskan puluhan militan Al Qaida di negara Semenanjung Arab itu. Pesawat-pesawat itu diduga dioperasikan oleh AS, satu-satunya negara di kawasan tersebut yang memiliki pesawat semacam itu.

Serangan pesawat tak berawak juga menewaskan warga sipil di daerah-daerah ini.

Militan Al Qaida memperkuat keberadaan mereka di kawasan tersebut, dengan memanfaatkan melemahnya pemerintah pusat akibat pemberontakan anti-pemerintah yang meletus pada Januari 2011 yang akhirnya melengserkan Presiden Ali Abdullah Saleh.

Ofensif pasukan Yaman yang diluncurkan pada Mei 2011 berhasil menghalau militan Al Qaida dari sejumlah kota dan desa di wilayah selatan dan timur yang selama lebih dari setahun mereka kuasai.

Meski melemah, jaringan teror itu masih bisa melancarkan serangan-serangan terhadap sasaran militer dan polisi.

Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP).

AS ingin presiden baru Yaman, yang berkuasa setelah protes terhadap pendahulunya membuat militer negara itu terpecah menjadi kelompok-kelompok yang bertikai, menyatukan angkatan bersenjata dan menggunakan mereka untuk memerangi kelompok militan itu.

Militan melancarkan gelombang serangan sejak mantan Presiden Ali Abdullah Saleh pada Februari 2012 menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya, Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang telah berjanji menumpas Al Qaida. (Ant/AFP)