joged bmm 2

AJANG peragaan dan pementasan seni budaya, Bali Mandara Mahalango II tahun 2015 telah berlangsung sepekan lebih sejak dibuka oleh Wakil Gubernur Bali, I Ketut Sudikerta, di panggung terbuka Ardha Candra (arts centre) Bali, Denpasar, Minggu (12/7) lalu.

Sejumlah pertunjukan seni budaya pun sudah sempat unjuk kebolehan di depan khalayak publik, para pencinta seni budaya yang datang berkunjung di areal UPT Taman Budaya (arts centre) Bali, Denpasar. Di antaranya Wayang Wong Guna Murti Singaraja, Sanggar Tari Warini Denpasar, Joged Bumbung Grantang Pelog Manik Bang Mendoyo Jembrana.

Selain itu, juga sempat tampil Semara Pagulingan Darmasaba Badung, Joged Bumbung Tunjung Mekar Bangli, Dramatari Bebondresan Sanggar Bonar Cs Badung, Joged Bumbung Raga Setuti Yeh Melet Tabanan, dan Orkes Etnic Harmoni Bali (EMONI) Gianyar, serta Genjek Kadong Iseng Karangasem.

Berdasarkan pengamatan langsung sekaligus penilaian para pemerhati sosial budaya dan budayawan serta sejumlah wartawan (jurnalis) selama sepekan lebih pelaksanaan peragaan dan pementasan seni budaya, Bali Mandara Mahalango II tahun 2015 memang telah berlangsung dengan baik dan lancar.

Sejumlah catatan dari kajian kritis tentunya patut diapresiasi secara tersendiri dan lebih serius serta komprehensif sebagai acuan pembenahan dalam pelaksanaan peragaan dan pementasan seni budaya, Bali Mandara Mahalango selanjutnya di tahun depan.

Secara teknis persoalan perlengkapan panggung memang belum sepenuhnya dapat diatasi meskipun telah mendapatkan sentuhan pembenahan. Sayang, pembenahan itu masih bersifat sekadarnya saja atau setengah hati, sehingga kesan kreatif dan inovatif belum muncul secara layak sesuai harapan publik.

Sebagai kajian kritis tentunya tahun depan perlu adanya pembentuk tim manajemen stage/panggung yang lebih profesional dan andal, dengan melibatkan relawan dari kalangan mahasiswa ataupun para pakar/ahli di bidangnya. Sehingga, persoalan seperti pengaturan tata cahaya (lighting), tata suara (sound system) tidak terulang lagi, termasuk penataan perlengkapan dan dekorasi panggung, agar sesuai kebutuhan dari pertunjukan seni budaya yang disajikan/dipentaskan.

Sementara itu, sajian peragaan dan pementasan seni budaya dari para duta seni setiap kabupaten/kota maupun partisipan selama sepekan telah menunjukan sejumlah kemajuan secara kreativitas. Meskipun masih ada yang stagnan dan belum mampu memberikan sentuhan kebaruan, kreatif dan inovatif dalam sajiannya secara utuh dan menyeluruh.

Secara apresiasi khalayak publik, para pencinta seni budaya hampir seluruh pertunjukan seni budaya yang disajikan mendapatkan sambutan positif dibandingkan tahun sebelumnya. Ini berarti koordinasi di antara instansi terkait dalam ekologi birokrasi pemerintahan mulai terbangun dan terjalin kerja sama yang saling bersinergi untuk memeriahkan pelaksanaan peragaan dan pementasan seni budaya, Bali Mandara Mahalango ke-2 tahun ini.

Dari sejumlah pertunjukan seni budaya yang cukup mampu memberi kesan kekinian, di antaranya drama tari bebondresan Sanggar Bonar Cs Badung, yang menyajikan kobalorasi topeng bondres Bali dengan iringan musik angklung dan arumba dari Jawa Barat (Bandung), Orkes EMONI Gianyar, yang menyajikan drama musikal tentang permainan tradisional anak-anak dengan iringan musik diatonis (band) dan musik bambu, serta Genjek Kadong Iseng Karangasem.

Sedangkan, pertunjukan seni budaya lainnya masih terikat tradisi atau tampilan klasik yang lumrah, seperti biasanya meski telah mendapat sentuhan kebaruan, di antaranya Sanggar Tari Warini Denpasar, Semara Pagulingan Darmasaba Badung, Wayang Wong Guna Murti Singaraja, serta Joged Bumbung.

Bahkan, sajian pertunjukan balih-balihan berupa joged bumbung yang selalu diapresiasi khalayak publik secara positif selama ini terkesan stagnan atau gagal move on, meskipun telah mendapat sentuhan kreatif dari iringan musiknya, gamelan bambu dengan musik tradisi daerah lain seperti kendang banyuwangi (sunda), termasuk musik diatonis berupa simbar. Ini karena tidak adanya pembaharuan dalam olah gerak tarinya.

Semestinya, Joged Bumbung dapat digarap lebih serius sebagai seni pertunjukan teaterikal berkualitas tinggi, yang mampu membangun interaksi komunikatif antara penari dan pengibing sesuai etika dan estetika berkesenian, guna menghapus kesan pornoaksi atau jaruh/vulgar.

Para pengibing umum telah ditentukan ataupun di setting tersendiri dan tampil secara bergantian secara spontanitas sesuai penari pilihannya, serta pengibing dari sekaa supaya berada di antara penabuh. Sedangkan, pembawa acara (master ceremony) hanya mengantarkan di awal, dan pergantian penari serta menutup di akhir pementasan, sehingga tidak perlu menyela saat acara berlangsung.

Dalam konteks ini, sudah semestinya pagelaran kesenian rekonstruksi maupun pengembangan hendaknya mendapatkan perhatian secara menyeluruh, sehingga proses pelestarian dan pengembangan kesenian di masa datang dapat mencetak karakter generasi emas bangsa yang berbudaya, berbudi pekerti luhur, santun, cerdas, kreatif, inovatif dan berdaya saing global dalam menghadapi perkembangan masyarakat ekonomi ASEAN atau MEA.

Gubernur Bali, Made Mangku Pastika mengakui bahwa proses berkesenian sudah seharusnya mengadaptasi perkembangan dan kemajuan peradaban global dengan teknologi serba canggihnya. Sehingga, upaya pelestarian dan pengembangan kebudayaan bangsa berbasis kearifan lokal khas Bali dapat memberikan kesejahteraan berkelanjutan terutama bagi para pelakunya, seniman tentunya.

Menurutnya, pada masa lalu memang pertunjukan seni budaya tidak membutuhkan panggung dan tata cahaya (lighting) ataupun tata suara (sound system). Tapi, dalam konteks kekinian panggung dengan segala perlengkapan sudah menjadi sebuah keharusan ataupun kebutuhan untuk memberikan sentuhan berbeda, termasuk pertunjukan seni budaya pun dituntut harus memberikan kesan kebaruan, sehingga mampu menghibur sekaligus memberikan nilai edukasi yang positif bagi pencetakan karakter bangsa di masa depan.

Maka itulah, semua pihak terkait di bidangnya harus mampu menjalin kerja sama sinergis dalam menyukseskan pelaksanaan peragaan dan pementasan Bali Mandara Mahalango tahun ini, agar dapat berlangsung dengan baik dan lancar, serta mampu meningkatkan denyut nadi berkesenian di UPT Taman Budaya (arts centre) Bali, Denpasar secara terus menerus sepanjang tahun. WB-MB