Foto: Prototype Primakara Automatic Inspection Gate dipasang di Kantor LLDikti Wilayah VIII.

Denpasar (Metrobali.com)-

Ketua STMIK Primakara I Made Artana mengungkapkan pandemi Covid-19 memberikan peluang bagi perguruan tinggi untuk berpikir lebih keras untuk memunculkan berbagai inovasi, bukan saja di sisi teknologi, tapi banyak hal bisa melahirkan pemikiran baru karena dunia yang berbeda.

Hal ini pulalah yang mendorong  kampus yang beralamat di Jalan Tukad Badung Nomor 135 Denpasar ini kini berhasil mengembangkan alat inovasi berupa prototype Primakara Automatic Inspection Gate yang memiliki empat fungsi sekaligus.

Yakni sebagai pengecekan suhu tubuh, deteksi penggunaan masker, hand sanitizer otomatis dan check-in/check-out untuk mendapatkan data orang yang memasuki gedung.

Alat ini diciptakan oleh dua orang dosen STMIK Primakara, yakni Made Adi Paramartha Putra, I Putu Satwika dan mahasiswa Jurusan Sistem Informasi, I Ketut Agus Juliana melalui Pusat Inovasi Primakara.

“Kami ingin menunjukkan bahwa perguruan tinggi itu bisa dan memang harus menjadi sumber solusi di tengah pandemi ini,” kata Artana, Senin (1/9/2020).

Satu unit prototype Primakara Automatic Inspection Gate sudah dipasang di Kantor Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah VIII untuk showcase.

Siapkan Kolaborasi

Terkait dilakukannya uji coba alat tersebut di Kantor LLDikti Wilayah VIII, Artana mengatakan upaya itu dilakukan guna memancing perguruan tinggi lain baik PTN (Perguruan Tinggi Negeri) maupun PTS (Perguruan Tinggi Swasta) untuk berkolaborasi atau melanjutkan prototype tersebut.

Dengan kata lain, pihaknya mendorong adanya kolaborasi, bukan hanya dengan perguruan tinggi, tetapi juga dengan para pengusaha di Bali. Artana menyebut, kerja sama antar-perguruan tinggi mungkin bisa dilakukan dari segi riset, namun untuk pengusaha atau dunia industri bisa kerja sama dalam hal pabrikasi.

Jika pabrikasi dilakukan oleh STMIK Primakara sendiri dapat dipastikan akan memakan waktu yang cukup lama, padahal market-nya cukup besar.

“Jika ada teman-teman pengusaha di Bali yang mau menseriusi itu ya boleh. Makanya kita taruh di tempat publik. Kalau kita ngerasa ya di LLDikti sajalah. Itu induk kita yang membina perguruan tinggi,” jelasnya.

Sejauh ini, Artana mengaku sudah banyak pihak yang menanyakan alat tersebut, termasuk Wali Kota Denpasar, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wangaya dan beberapa kampus lain.

Jika memang ada banyak permintaan mengenai alat ini, Artana menilai seharusnya memang dibuat oleh para pengusaha yang konsen dalam bidang pabrikasi karena bisa langsung diproduksi dalam jumlah yang banyak.

Belajar Dari Alat Inovasi Terdahulu

Dalam menciptakan inovasi Primakara Automatic Inspection Gate ini, Artana mengaku banyak belajar dari gate penyemprotan desinfektan secara otomatis yang pihaknya ciptakan dahulu.

Saat penyemprotan antiseptik secara otomatis itu diciptakan, STMIK Primakara sangat gelagapan untuk memenuhi permintaan sekitar 160 buah dari berbagai pihak.

Apalagi ketika itu pihaknya sendiri hanya mampu memenuhi sekitar 30-an buah. Maka dari itu dalam inovasi Primakara Automatic Inspection Gate ini, dirinya mempersilakan jika ada perusahaan yang ingin mengembangkannya dalam jumlah yang banyak.

“Pengalaman dari ini kita tidak akan fokusnya dengan berdagang, jadi hanya kita ingin menunjukkan bahwa perguruan tinggi itu bisa dan memang harus menjadi sumber solusi,” tuturnya.

Oleh karena itu, dengan adanya pandemi ini pihaknya berharap adanya pemanfaatan produk lokal. Alih-alih membeli produk yang mahal, kenapa tidak dicoba dengan memanfaat produk lokal yang harganya lebih bersahabat.

Ini Fungsi dan Cara Kerjanya

Made Adi Paramartha Putra, dosen STMIK Primakara yang mengembangkan alat ini lebih lanjut menjelaskan empat fungsi yang dimiliki alat yakni sebagai pengecekan suhu tubuh, deteksi penggunaan masker, hand sanitizer otomatis dan check-in/check-out untuk mendapatkan data orang yang memasuki gedung.

Dengan adanya pendataan orang yang memasuki suatu gedung maka kapasitasnya dapat dikontrol sehingga tidak melebihi ketentuan.

“Empat fungsi tersebut yang biasa diberlakukan di banyak fasilitas umum, namun dilakukan secara manual dengan bantuan seorang petugas,” tuturnya.

Dirinya menuturkan, Primakara Automatic Inspection Gate ini memadukan teknologi Internet of Things (IoT) dan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).

Alat ini juga memanfaatkan sensor sebagai pengukur suhu serta kamera sebagai pendeteksi masker yang dikontrol penuh dengan menggunakan microcontroller.

Setiap pengunjung yang akan masuk ke gedung harus dipindai (di-scan) menggunakan Primakara Automatic Inspection Gate ini.

Jika suhu tubuh seseorang berada dibawah 37,3 serta menggunakan masker, pengunjung akan diarahkan mengisi data diri untuk mengetahui waktu kunjungan dan nomor telepon.

Dengan adanya alat ini, maka dapat mengurangi kontak antara security dengan pengunjung.
Security tidak perlu lagi melakukan pengecekan masker dan temperature kepada pengunjung karena telah dilakukan oleh Automatic Inspection Gate.

“Di restaurant dan cafe, petugasnya yang merangkap waiter/waitress harus bolak-balik melayani tamu yang check in dan tamu yang sudah harus diberi hidangan. Akhirnya kami buatlah alat ini,” tutur Adi Paramartha. (wid)