Guatemala City (Metrobali.com) –

Sembilan orang termasuk seorang bayi dan anak gadis tewas, Sabtu akibat serangan terhadap rumah mereka di satu daerah hutan lebat di Guatemala yang dikenal sebagai daerah perdagangan narkoba yang diperebutkan, kata para pejabat.

Sejumlah 20 orang menyerbu rumah itu Sabtu pagi waktu setempat menembak mati enam orang dewasa, seorang anak gadis berusia lima tahun dan seorang bayi perempuan berusia tiga bulan di satu desa pertanian yang kecil di daerah Peten, sekitar 370km timur laut ibu kota negara itu.

Seorang wanita lainnya yang cedera dalam serangan itu akhirnya meninggal di rumah sakit.

Serangan itu nampaknya ada kaitannya dengan satu bentrokan antara penduduk lokal dan para pedagang narkoba, kata Menteri Keamanan Mauricio Lopez.

“Di daerah itu banyak terjadi konflik menyangkut perdagangan narkoba,” katanya. “Kami yakin para pria yang melancarkan serangan itu terlibat dalam perdagangan narkoba.” Para pejabat keamanan masih melakukan wawancara dengan para saksi mata dan mereka belum melakukan penahanan.

Daerah yang kaya keanekaragan hayati dan peninggalan nasional seperti kuil-kuil Tikal suku Maya, salah satu dari situs-situs suku Maya terbesar pra-Kolombia, Peten berbatasan dengan Meksiko yang digunakan oleh kartel-kartel kuat untuk menyelundupkan kokain Amerika Selatan ke Amerika Serikat.

Pada Mei 2011 para anggota kartel Meksiko Los Zetas memancung kepala 27 pekerja pertanian di Peten dalam satu sengketa dengan pemilik pertanian di rute-rute perdagangan narkoba itu.

Memasuki tahun ketiga dari masa jabatan empat tahunnya, Presiden Otto Perez berjanji akan menumpas para penjahat yang terorganisasi yang menguasai daerah-daerah luas tanah di salah satu dari negara-negara yang paling banyak terjadi pembunuhan berdasarkan per kapita, Pembunuhan di Guatemala agak meningkat pada tahun 2013 dari tahun 2012 menjadi 6.072 orang, yang menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan Perez untuk memerangi kejahatan di negara Amerika Tengah itu di mana separuh dari sekitar 15 juta warganya hidup miskin. (Ant/Reuters)