Jembrana (Metrobali.com)
Tim Ketahanan Pangan Kabupaten Jembrana, Rabu (8/1) melakukan pemantauan harga sembako di Pasar Umum Negara. Pasalnya, menjelang Nataru (Natal dan Tahun Baru) hingga memasuki tahun 2020 harga sejumlah komoditi melonjak naik.
Dalam pantauan tersebut tim ketahanan pangan Jembrana meminta keterangan dari sejumlah pedagang dan benar harga sejumlah sembako di pasar terbesar di Jembrana, naik. Kendati demikian stok sembako dipastikan aman.
Pantauan Rabu (8/1), beberapa komoditi mengalami kenaikan diantaranya cabe (lombok) kecil oeh pedagang dijual Rp.60 ribu perkilogram, naik Rp.5 ribu dari sebelumnya.
Kenaikan juga terjadi pada cabe besar dari Rp.35 ribu, naik menjadi Rp.40 ribu perkilogram. Sedangkan bawang merah naik Rp.2 ribu dari sebelumnya Rp.30 ribu perkilogram.
Kenaikan juga terjadi pada minyak sawit dari Rp.12.800 menjadi Rp.13.600 per liter dan beras premium naik dari Rp.10.800 menjadi Rp.11.500 dan beras medium dari Rp.9.200 naik menjadi Rp.9.400 perkilogram. Sementara harga daging ayam dan sapi masih normal yakni Rp.35 ribu dan Rp.120 ribu perkilogram.
“Naik pak Rp.800. Naiknya mulai 1 Januari” ujar Komang Widiari, salah seorang pedagang minyak.
Sementara Bu Munik (56), salah seorang pedagang cabe mengatakan kenaikan harga cabe hampir terjadi setiap hari karena tergantung kedatangan bakul (pedagang) dari Jawa. “Sekarang Rp.60 ribu. Kemarin saya jual Rp.55 ribu, naik 5.000” ujarnya.
“Ya seperti teman-teman lihat tadi memang ada kenaikan harga dibeberapa sembako dari dua ribu sampai tujuh ribu. Tapi disini yang terpenting stok sembako masih aman” ujar Kadis Koperindag Jembrana, Komang Agus Adinata di Pasar Umum Negara, Rabu (8/1).
Kenaikan harga ia nilai masih wajar, karena sembako yang mengalami kenaikan merupakan pasokan dari luar Jembrana. “Mungkin didaerah lain masih hujan dan melihat biaya produksi, jadi wajar (naik). Memang disini (Jembrana) tidak mengalami kendala cuaca” ujarnya.
Jadi lanjutnya, kenaikan harga beberapa bahan pokok sembako jangan dirisaukan karena sembako masih berlimpah. “Untuk cabe produksi kita memang tidak memadai, jadi didatangkan dari luar” pungkasnya. (Komang Tole)