banjir jakartaBanjir (Oketekno.com)

 

Jakarta (Metrobali.com)-

Wilayah DKI Jakarta kembali dilanda banjir pada Februari 2017 ini, mengulang bencana serupa pada bulan yang sama tahun 2015 dan 2016.

Menurut data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta pada Selasa sore (21/2), total daerah yang terdampak adalah 19 kecamatan yang terdiri dari 28 kelurahan dan 71 rukun warga.

1.035 kepala keluarga yang terdiri dari 3.485 jiwa terdampak bencana ini, sedangkan 1.613 orang harus mengungsi di 11 lokasi pengungsian yang tersebar di sejumlah titik.

Dibandingkan periode yang hampir sama tahun lalu, pada Jumat 12 Februari 2016 atau yang paling ekstrem bulan itu, BPBD DKI Jakarta mencatat, 27 kelurahan di 13 kecamatan terdampak banjir.

3.477 kepala keluarga yang terdiri dari 3.477 jiwa menjadi korban genangan air. 70 orang pun harus mengungsi.

Sementara untuk bulan Februari 2015, banjir juga melanda sejumlah wilayah DKI Jakarta, tepatnya di 38 kecamatan yang terdiri dari 133 kelurahan.

Menurut salah satu korban banjir di Tebet, Jakarta Selatan, meskipun masih terjadi banjir tahun ini, air disebutnya lebih cepat surut dibandingkan banjir-banjir sebelumnya.

“Dibandingkan banjir sebelumnya, sekarang jauh lebih cepat surut. Dulu mah parah. Mungkin karena sudah ada pelebaran sungai setelah penggusuran,” kata Hamida (55) yang berjualan di depan SMA 8 Jakarta yang merupakan salah satu area langganan banjir.

Wanita yang telah berjualan di sana 20 tahun lalu itu berkisah, besarnya banjir beberapa tahun lalu juga sempat membuat gerobak makanan yang digunakannya mencari nafkah, hanyut dibawa derasnya air.

“Ya walaupun sekarang masih banjir, tapi ga separah dulu lah, tetap harus disyukuri,” kata wanita yang karib disapa Emak itu.

Warga lainnya, yang tinggal tak jauh dari Pasar Jagal, Mampang, mengungkapkan hal serupa, banjir lebih cepat surut dibandingkan tahun lalu atau dua tahun sebelumnya.

“Dulu baru surut lebih dari sehari, sekarang lebih cepat, enggak tahu apa karena hujannya lebih sedikit atau penangannya yang lebih baik,” kata Sudirman, warga yang telah tinggal di kawasan itu sejak 1960.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei mengatakan terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan banjir masih menghantui Jakarta di awal tahun ini.

Salah satunya disebabkan perubahan siklus curah hujan tahunan di Indonesia, di mana curah hujan sebelum terkena pengaruh iklim adalah enam bulan hujan dan enam bulan kemarau.

“Nah sekarang jadi empat bulan hujan dan delapan bulan kemarau tetapi walaupun empat bulan hujan, volume hujannya sama dengan enam bulan,” katanya.

Sementara itu Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan, hujan yang terjadi di ibukota dan sejumlah daerah hingga menyebabkan banjir beberapa hari terakhir, merupakan fenomena lokal.

“Keadaan cuaca saat ini seperti cuaca antara 2015-2016, netral saja sebetulnya, yang terjadi sekarang ini adalah fenomena lokal. Hujan ini masih belum di atas rata-rata,” kata Kepala BMKG Andi Eka Sakya.

Ia mengatakan, jika dibandingkan hujan yang terjadi pada Januari dan Februari 2017, masih di bawah normal 30 tahunan.

“Tapi kenapa timbul banjir? Ada beberapa faktor yang perlu kita lihat, misalnya luas permukaan tanah untuk menyerap air yang semakin berkurang, faktor lain adanya rob juga sampah yang menutup saluran air,” ujar Andi.

Oleh karena itu, Willem pun meminta masyarakat untuk tidak mencampurkan masalah banjir dengan isu-isu politik karena bencana murni masalah kemanusiaan.

“Bicara masalah humanitarian, bencana dan penanggulangannya itu borderless, tidak lihat latar belakang golongan, jadi jangan diartikan lain-lain,” paparnya.

Untuk penanganannya, Willem mengatakan kondisi Ibu Kota mulai membaik lantaran langkah penanganan banjir yang dilakukan cukup cepat.

“Masyarakat sudah ditangani dengan baik,trauma healing juga telah disediakan dan makanan telah dicukupi. Bahkan, di Jakarta Timur, pemerintah setempat menyediakan laundry, hiburan anak-anak serta perpustakaan mobil,” ujarnya.

Willem mengungkapkan, bencana alam seperti banjir memang tidak bisa dicegah, bahkan beberapa daerah di Indonesia pun mengalami kondisi yang sama, yaitu sekitar 22 provinsi dan 95 kabupaten terdampak akibat hujan deras Januari dan Februari.  Sumber : Antara