Denpasar (Metrobali.com)-

Dalam rangka menyeimbangkan pembangunan Bali, maka keberadaan bandar udara di Buleleng mesti segera direalisasikan. Pengamat infrastruktur Anak Agung Putu Ngurah Wirawan menjelaskan, bandara merupakan jantung dari ekonomi Bali. “Jantung ekonomi Bali itu adalah bandara, dalam hal ini Ngurah Rai. Turis tidak datang dari pelabuhan, tapi bandara,” kata Wirawan dalam acara sarasehan tokoh politik Bali, Minggu (9/12).

Selain untuk menyeimbangkan pembangunan, kepentingan membangun bandara baru juga berkaitan erat dengan kemajuan ekonomi suatu daerah. China, sambungnya, sejak 25 tahun terakhir membenahi infrastrukturnya. Tak salah jika China muncul dengan kekuatan ekonomi yang dahsyat di dunia.

“China menjadi raksasa ekonomi baru dunia setelah 25 tahun belakangan membenahi infrastrukturnya, sebelum akhirnya menjadi negara besar. Sama halnya dengan Malaysia dan Thailand. Setelah infrastruktur baik, maka investasi akan masuk dengan sendirinya,” kata calon anggota DPD RI ini.

Untuk itu, jika Bali ingin keseimbangan dan pemerataan ekonomi terjadi, maka kata kuncinya adalah perbaikan infrastruktur. Pada kesempatan itu, Wirawan juga menjelaskan langkahnya menjadi calon anggota DPD RI. “Ini sebuah proses alami saja. Tidak ada yang mendisain saya menjadi politisi,” kata pria yang memiliki pengalaman 20 tahun bergerak di bidang infrastruktur itu.

Ia ingat betul petuah agar berbuat untuk diri sendiri dan keluarga secukupnya saja. Selebihnya, sambung Wirawan, jangan pernah melupakan kewajiban kepada untuk ikut berbuat bagi negara. “Saya 15 tahun ngayah di Parisahda Hindu Nasional. Saya mengikuti ajaran sebagai umat Hindu,” kata dia.

Jika kelak menjadi anggota DPD RI, Wirawan mengaku hal itu bukan sebagai sumber pekerjaannya. “Saya tidak bermaksud mencari pekerjaan. Saya memiliki bisnis yang baik,” papar dia. Sejak tahun 2007, Wirawan dipercaya untuk memperbaiki infrastruktur DKI Jakarta. Kala itu ia diberi amanat oleh Sutiyoso. Banyak yang sudah dikerjakan Wirawan untuk DKI Jakarta. Kini, ia berharap dapat memberikan sumbangsih bagi Bali. Hal pertama yang dilakukannya adalah menggolkan Tol Bali yang kini diberi nama Bali Mandara.

Ia juga melobi Made Mangku Pastika untuk ikut menyertakan modal pada tol pertama di Bali itu. Soal alasannya mendorong Pemprov Bali berinvestasi, ia tak ingin kasus Bandara Ngurah Rai terulang. “Saya tak mau kasus Bandara Ngurah Rai terulang lagi. 100 persen dimiliki Angkasa Pura, kita tak bisa berbuat apa-apa,” beber dia.

Awalnya, sambung Wirawan, Made Mangku Pastika enggan menyertakan modal di Tol Bali. Ia tak patah arang. Wirawan melobi DPRD Bali. “Akhirnya dewan yang mengusulkan ke gubernur. Itu yang bisa saya lakukan. Saya tak ingin investasi masuk tapi orang Bali tak bisa apa-apa,” ungkap Wirawan.

Sementara itu, pengamat politik Wisnumurthi meminta agar kelak ketika terpilih, Wirawan dapat memperjuangkan kepentingan daerah secara kompak dengan senator dari daerah lain.

“Perjuangan kepentingan daerah, ketika bersatu dan kompak memperjuangkan hak-hak daerah, maka akan sangat dahsyat,” kata Wisnumurthi. Tetapi, katanya, hal itu justru jarang dilakukan oleh senator dari berbagai daerah. “Jadilah sampai sekarang DPD RI itu termarginalisasi,” demikian Wisnumurthi. JAK-MB