welcome 2015

Hari demi hari terasa cepat berganti dan kini kalender 2014 pun akan berlalu dengan segala kenangan manis dan getir.

Semua orang punya cerita dan kenangan sepanjang melintasi rentang satu tahun. Kemudian meninggalkannya untuk menapaki tahun baru 2015.

Berbagai acara dilakukan untuk menyambut tahun baru ini. Seperti sudah menjadi tradisi, setiap pergantian tahun disambut berbagai kemeriahan.

Pesta kembang api dan petasan selalu menggema di penjuru negeri ini. Di Jakarta tanda-tanda ke arah kemeriahan itu terlihat nyata sejak setiap awal Desember.

Rasakan saja kemacetan arus lalu lintas dari arah Terminal Kampung Melayu menuju Pondok Kelapa, Duren Sawit dan Pondok Kopi di Jakarta Timur. Pada Selasa, 30 Desember 2014 terlihat jelas bahwa setelah Pasar Gembrong lalu lintas lancar.

Artinya, titik sentral atau penyebab kemacetan ada di Pasar Gembrong, pasar mainan anak-anak dan kembang api. Semakin macet menandakan transaksi semakin ramai.

Kemacetan terjadi karena suasana kembali lagi ke masa sebelum penertiban. Pedagang kembali menggelar dagangan di badan jalan dan parkir kendaraan kembali terjadi di sepanjang jalan di pasar itu.

Suasana tertib dan lancar terasa sekali waktu ada musim penertiban oleh petugas. Selanjutnya? “Pegelnya tuh di sini,” kata seorang pengemudi menirukan untaian lagu dangdut yang sedang tren saat ini sambil menunjukkan bahwa yang pegel adalah lututnya karena menginjak pedal gas, kopling dan rem di tengah kemacetan.

Kalau transaksi ramai dan macetnya panjang, sudah bisa diprediksi bahwa kemeriahan akan terjadi beberapa hari kemudian. Salah satunya kemeriahan tahun baru.

Gembira Pesta kembang api dan petasan seolah sudah menjadi tradisi masyarakat negeri ini setiap menyambut pergantian tahun. Suara dar der dor menggema dari berbagai penjuru permukiman di jalan-jalan di kota, pinggir kota, kampung, bahkan udik sekalipun.

Kelompok-kelompok masyarakat dan komunitas-komunitas pun banyak yang menyelenggarakan pesta penyambutan dengan caranya sendiri. Banyak pula penyelenggaraan-penyelenggaraan dalam skala meriah di lokasi-lokasi tertentu dengan menghadirkan pejabat dan pengusaha.

Kemeriahan juga terlihat di siaran-siaran televisi dengan hiburan yang menghadirkan para artis. Kilatan kembang api ke udara yang diiringi petasan menggelora tepat pukul 00.00.

Itulah kemeriahan di akhir tahun dan menyambut datangnya tahun baru. Hujan yang sering terjadi hanya sedikit mengurangi gerak, namun tujuannya tetap tercapai, yaitu semangat dan kegembiraan.

Tidak ada larangan dari pemerintah memeriahkan pergantian tahun. Asalkan dilaksanakan dengan menaati aturan hukum.

Apalagi ada geliat dan perputaran ekonomi dan bisnis di sini. Ada denyut ekonomi dari transaksi-transaksi bisnis untuk kegiatan tersebut.

Sedih Di kemegahan, kemeriahan dan pesta dalam sinar terang-benderang, kembang api yang menyeruak dan petasan yang menggelegar menandakan hati dan perasaan yang gembira atau senang.

Di ruang kehidupan yang berbeda, seperti diberitakan berbagai media, masih banyak orang yang merasakan suasana dan arti pergantian tahun ini di tengah kesedihan. Mereka adalah korban-korban bencana longsor dan banjir di beberapa daerah.

Pergantian tahun harus dirasakan di tenda-tenda pengungsian. Air mata sudah habis menetes dan mata sudah lelah menangis.

Pada suasana terkini, ratusan keluarga korban penumpang pesawat AirAsia QZ 8501 rute Surabaya-Singapura masih menunggu kepastian. Mereka tak lelah menunggu perkembangan baru di tengah perasaan hati dan pikiran teraduk-aduk.

Mereka menyandarkan harapan yang begitu besar kepada kerja keras pemerintah beserta jajarannya dalam upaya menemukan pesawat dan keluarga korban. Tim pencari telah, sedang dan akan terus berjibaku sampai target ditemukan.

Apabila keberadaan pesawat dan penumpangnya sudah ditemukan, tentu ada kelegaan walaupun tetap ada kesedihan yang mendalam. Semua berdoa demi kesuksesan pencarian dan ketabahan keluarga korban.

Dua Sisi Inilah kisah gembira dan sedih dalam suasana pergantian tahun. Dua sisi yang berbeda sama sekali tetapi berlangsung dalam satu rentang waktu.

Satu sisi ada komunitas yang gembira menyambut pergantian tahun dalam semangat yang memancar seperti mata air. Namun di sisi relung kehidupan korban bencana, ada air mata.

Keduanya seperti dua sisi dalam satu keping. Satu sedih dan satu gembira.

Tidakkah rasa empati perlu lebih dicurahkan kepada korban-korban bencana ketimbang pesta-pesta kemeriahan pergantian tahun? Sedih dan gembira hanya soal waktu; mana yang datang lebih dulu serta kepada siapa dan kapan pasti akan datang.

Karena itu, banyak orang tua mengingatkan “ojo dumeh” (jangan mentang-mentang) selagi senang atau gembira karena sedih dan gembira pada orang hanya soal waktu. Kedua akan datang silih berganti.

Para orang tua mengingatkan hal itu agar jangan sampai orang yang sedang gembira lebih mudah mengeluarkan uang untuk beli petasan dan kembang api, ketimbang memberi sumbangan sosial bagi korban bencana atau tempat ibadah. AN-MB