Gianyar, (Metrobali.com)
Akibat merebaknya kabar penyebaran virus corona jenis baru di Kota Wuhan Cina berdampak bagi pariwisata di Bali. Khususnya di Gianyar. Hal ini dikarenakan wisatawan cina merupakan urutan ke dua terbesar berkunjung ke Bali.
Tampaknya, pelaku pariwisata di Kabupaten Gianyar merasa khawatir karena belajar dari kasus-kasus sebelumnya. Bahkan, hampir semua negara mengeluarkan travel waring untuk melindungi warganya.
Dari catatan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Gianyar, dalam kurun beberapa tahun ini,  Cina menjadi pemasok wisatawan terbesar di Bali. Sepanjang tahun 2019 lalu, China menduduki posisi kedua yang berwisata ke Bali, yakni lebih dari 1,1 juta jiwa.  Namun, kini setelah Negara China yang saat ini mengalami kondisi darurat karena virus corona, dipastikan  akan menyebabkan jumlah wisatan China menurun yang kemudian berembet pada negara-negara lainnya. terlebih lagi, ada informasi  bahwa mulai  27 Januari 2020 ini, pemerintah China akan menyetop aktivitas pariwisata warganya. Baik wisata internasional maupun domestik.
“Wabah virus,  sangat sensitif di dua pariwisata di bandingkan musibah bencana alam sperti gunung meletus,” ujar Ketua BPC PHRI Kabupaten Gianyar, Pande Mahayana Adityawarman alias Adit Pande, Minggu (26/1/2020).
Disebutkan, selama China memiliki pengaruh secara kuntiti pada kunjungan wisatawan di Bali. Setelah adanya virus corona ini, diyakini  akan berdampak pada jumlah kunjungan ke Bali. Namun kondisi tersebut, secara spesifik tidak berpengaruh terhadap pariwisata Gianyar.  Sebab selama ini, parwisata Gianyar lebih banyak dikunjungi wisatawan dari Benua Eropa dan Australia. Berdasarkan data PT Angkasa Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali, sepanjang tahun 2019, wisatawan Australia kembali menduduki posisi teratas kunjungan di Bali, yakni lebih dari 1,2 juta jiwa disusul China sebanyak 1,1 juta jiwa.
Lanjutnya,  jika terjadi penurunan besar atas kunjungan wisatawan China, yang terdampak hanya daerah pariwisata Bali selatan, seperti Kuta, Badung. Sebab selama ini, wisatawan China memilih Badung selabagai tempat menginap. Sementara di Gianyar sendiri, marketutamanya  bukan China namuan lebih ke wisatawan  Eropa dan Australia.
“Tapi kalau negara-negara lain turut membatasi ktivitas warganya, bisa jadi akan sedikit berpengaruh. Namun, travel warning kerap pula diabaikanoleh warga bersangkutan,” terangnya
Meskipun wisatawan China tidak begitu besar di Gianyar, Adit berharap wabah corona  segera berakhir. Pihaknya mengimbau supaya pemerintah China, jika wabah tersebut telah berakhir, mereka melakukan filterisasi pada warganya yang akan berwisata ke luar negeri.  Terkait prediksi akan merosotnya kunjungan wisatawan China dalam beberapa bulan ke depan, Adit insan pariwisata supaya tidak hanya bertumpu pasatu satu market besar. (Ctr)