Denpasar (Metrobali.com) Sebagai upaya memaknai sosok ibu dalam karya sastra Indonesia, Bentara Budaya Bali menggelar Sandyakala Sastra #31 bertajuk Sosok Ibu dalam Karya Sastra Indonesia pada Sabtu (13/4) di Jalan Prof. Ida Bagus Mantra No. 88A, Ketewel. Diskusi ini menghadirkan pembicara sastrawan dan penyair Wayan Sunarta.

Wayan Sunarta akan mencermati kehadiran Ibu dalam karya sastra, baik sebagai sosok simbolis maupun sebagai pribadi sehari-hari. Sejak berabad lampau, sosok Ibu sering diabadikan dalam aneka karya seni, seperti sastra, musik, lukis, dan patung. Sosok Ibu juga muncul dalam karya sastra lisan maupun tulisan, karya sastra klasik, tradisional, modern maupun kontemporer, berbentuk prosa atau puisi.

 

“Ibu merupakan tema universal dalam penciptaan karya sastra. Namun, ibu tidak melulu muncul sebagai sosok manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dalam banyak karya sastra, ibu juga muncul sebagai metafora, simbol, untuk menggambarkan kelembutan, kasih sayang, perlindungan, kesuburan, atau hal-hal yang melekat pada karakter ibu yang umum dikenal,” ujar  Wayan Sunarta.

 

Menurut Putu Aryastawa, penata acara di Bentara Budaya Bali, “Diskusi sastra ini merupakan kegiatan berkala di Bentara Budaya Bali yang mencoba mengapresiasi dan merespon berbagai bentuk tematik karya sastra Indonesia. Diharapkan melalui kegiatan ini, generasi muda dan masyarakat umum dapat memperkaya pengetahuannya serta memaknai khasanah susastra di Indonesia.“

 

Sastrawan Wayan Sunarta dilahirkan di Denpasar, 22 Juni 1975. Tulisannya telah dimuat di Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Jawa Pos, The Jakarta Post, Jurnal Kebudayaan Kalam dan sebagainya. Kumpulan cerpennya yang telah terbit Cakra Punarbhawa (2005), Purnama di Atas Pura (2005), dan Perempuan yang Mengawini Keris (2011). Kumpulan puisinya antara lain Malam Cinta (2007), dan Pekarangan Tubuhku (2010). Peraih Krakatau Award 2002, karyanya juga tergabung dalam Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas 2004.