IMG-20170211-WA0009
Tabanan, (Metrobali)  –
Rotary Club Bali-Denpasar menggelar acara cek darah untuk mendeteksi penyakit Thalasemia. Sedikitnya 113 anak mengikuti cek darah yang digelar di SMAN 1 Tabanan. President Rotary Club Bali-Denpasar 2017, Surya Perbawa Untung menjelaskan, deteksi awal terhadap penyakit Thalasemia begitu penting bagi generasi bangsa ke depan.
“Jadi acara hari ini adalah pemeriksaan darah untuk deteksi awal penyakit Thalasemia. Thalasemia adalah ‎kelainan darah yang diturunkan karena darah tidak cukup memproduksi hemoglobin, sehingga menyebabkan jumlahnya di dalam tubuh sangat sedikit,” kata Surya.
‎Ia melanjutkan, hemoglobin adalah protein pembentuk sel darah merah yang berguna untuk mengikat oksigen dan membawanya ke seluruh tubuh. Saat tubuh kehilangan hemoglobin, sel darah merah tidak bisa berfungsi dengan baik dan hanya dapat hidup untuk waktu yang pendek. Lantaran sedikitnya sel darah merah sehat yang beredar ke seluruh tubuh, maka oksigen yang diantarkan ke seluruh tubuh tidak cukup yang mengakibatkan seseorang terkena anemia dengan gejala mudah lelah, lemah dan sesak nafas. “Orang yang terjangkit Thalasemia dapat mengalami anemia ringan ataupun berat. Anemia berat dapat mengakibatkan kerusakan organ dan mengakibatkan kematian,” papar Surya.
Setiap penyakit tentu memiliki ciri, termasuk juga Thalasemia. Surya menjelaskan, tanda dan gejala anemia timbul tergantung dari tipe dan keparahan Thalasemia. Bentuk paling berat Thalasemia adalah Thalasemia alpha major yang biasanya mengakibatkan bayi meninggal dunia sebelum atau sesaat setelah dilahirkan. “Tipe Thalasemia tergantung dari bagian spesifik hemoglobin yang terkena dan jumlah gen yang mengalami mutasi yang diturunkan orangtua.
Maka dari itu, penting untuk melakukan pemeriksaan darah.‎ Tujuannya tentu saja untuk mendeteksi awal penyakit ini,” papar dia. Bagi Surya, deteksi kni bisa menjadi pedoman bagi pasangan pra nikah untuk mengetahui apakah mereka terjangkit penyakit tersebut atau tidak.
Di Indonesia, secara umum, Surya melanjutkan,  pemeriksaan darah pra nikah ini sangat jarang dilakukan. Tak hanya kepada penyakit Thalasemia, tetapi juga terhadap penyakit lain sepeti HIV/AIDS dan lainnya.
“Bukan berarti selama ini baik-baik saja. Sebaliknya, banyak yang tidak tahu kalau mereka itu ternyata terjangkit,” jelas dia.
Lantaran belum familiar, Surya menilai masyarakat terkesan awam terhadap penyakit Thalasemia. Mereka pun tak melakukan pemeriksaan untuk mendeteksi penyakit ini. Namun, Surya percaya jumlah pengidap penyakit ini tiap hari makin tumbuh dan berkembang. “Penyakit ini belum umum di masyarakat, tapi ketika mereka melakukan pemeriksaan saya yakin jumlahnya fantastis,” ulas dia.
“Hari ini kita melakukan pemeriksaan awal kepada 113 anak kelas III. Hasilnya ke luar satu minggu kemudian. Hasilnya nanti kita bagi mana yang normal mana yang terindikasi. Ini kan pemeriksaan awal. Nanti ketika mereka diduga tetindikasi, maka mereka harus melakukan pemeriksaan lanjutan dengan lebih intensif,” jelas Surya.
Surya berkomitmen lembaganya akan terus menggalakkan sosialisasi mengenai penyakit Thalasemia. “Yang kita lakukan dalam waktu dekat adalah sosialisasinya. Untuk pemeriksaan awal sementara ini kami masih swadaya. Nanti semester dua kami gelar lagi pemeriksaan serupa dengan fokus daerah Denpasar. Kita tidak bisa terus-terusan karena dananya masih swadaya. Hari ini kami beruntung mendapat support dari Rumah Sakit Prima Medika,” urai pengusaha muda ini.
“Thalasemia ini penyakit seperti gunung es. Saat ini tidak banyak diketahui. Tapi dia seperti fenomena gunung es. Ini akan meledak kalau kita tidak melakukan deteksi dini seperti ini. Kami, Rotary Club mencoba mencegah. Kalau dulu kami mengambil fokus pada program pengentasan polio, kami juga sekarang ikut mengambil peran mencegah Thalasemia,” tambah Surya.
Ia berharap pemerintah menyambut baik apa yang sudah dilakukan oleh lembaganya. Sebab, menurut Surya, apa yang dilakukan lembaganya tentu saja berkaitan dengan kesejahteraan generasi bangsa.
“Saya harap pemerintah menyambut baik, karena ini juga menyangkut kesejahteraan suatu bangsa. Ini adalah generasi muda, anak-anak yang sudah siap memasuki masa kesiapan menikah. Mereka harusnya memiliki kepercayaan diri untuk melakukan pemeriksaan,” tutur Surya.
Ia percaya jumlah pengidap penyakit Thalasemia cukup banyak di Indonesia, khususnya Bali. Indikatornya, kata Surya, banyaknya dibentuk lembaga atau yayasan peduli penyakit tersebut. Komunitas orangtua pun sudah banyak dibentuk di beberapa daerah, tak terkecuali Bali.
“Berapa jumlah penduduk yang terjangkit ini, karena banyak yang tidak melakukan pemeriksaan, maka jumlahnya masih di bawah radar. Tapi sudah banyak dibentuk yayasan peduli Thalasemia. Banyak orangtua yang tahu belakangan ternyata anaknya terjangkit penyakit ini. Di Bali dan Jakarta sudah terbnetuk beberapa yayasan atau lembaga terkait Thalasemia, orangtua peduli Thalasemia. Ini menandakan jika penyakit ini sudah tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat kita,” beber dia.
Untuk itu, Surya mengajak semua pihak untuk mau mengecek darah terlebih dahulu sebelum melangsungkan pernikahan. Sementara itu, Wakil Ketua OSIS SMAN 1 Tabanan, Anak Agung Sagung Safity Mahawiswa Karnami mengucapkan terima kasih kepada Rotary Club yang sudah memberi pemahaman dan memfasilitasi pengecekan darah ini. “Kita ucapkan terima kasih kepada Rotary, karena kita jadi tahu kita mengidap penyakit ini atau tidak,” kata siswa kelas XI itu.
Meski mengaku takut dengan penyakit tersebut, namun perempuan yang karib disapa Safity itu menyarankan semua pihak agar peduli dan terlibat aktif pada pencegahan dini penyebaran penyakit ini. “Acara ini Bagus ya. Kita berharap semua pihak ikut bersama-sama terlibat aktif mencegah penyebaran penyakit ini dengan menggalakkan program serupa yang sudah digelar Rotary Club ini. Kita memang takut dengan penyakit ini, bahaya banget. Tapi akhirnya kita tahu diri kita atau pasangan terjangkit Thalassemia atau tidak,” tutup dia. (Laporan Bobby Andalan)