RDP Wedakarna

Denpasar (Metrobali.com)-

Merespon permintaan maaf pihak Trans 7  terkait dua tayangan pada program “Mr. Tukul Jalan-jalan”, Selasa 3/3/2015  Anggita DPD RI Dr. Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP), bertempat di Sekretariat DPD RI Bali jalan Cok Agung Tresna Denpasar.

RDP dihadiri langsung oleh Direktur Produksi Trans 7, Andi Chairil dan sejumlah perwakilan lembaga/masyarakat antara lain; PHDI Bali, KPID Bali, IHDN, UNHI, Ormas, LSM, Kesbangpol Provinsi Bali, serta perwakilan masyarakat lokasi shouting antara lain Kepala Dusun, Pemangku dan Kelian adat Banjar Sanggulan Tabanan.

Di samping sebagai ajang klarifikasi atas kedua tayangan yang bernuansa “pelecehan” budaya dan umat Hindu di Bali, RDP juga dimaksudkan untuk  mendengar masukan masyarakat sehubungan dengan RUU Kerukunan Umat Beragama yang pembahasanya digelar dalam waktu dekat oleh DPR bersama DPD RI di Senayan Jakarta.

“Bali sangat membutuhkan media televisi untuk mengekspose keunikan budaya bali. Masyarakat kita (Br. Sanggulan-Red) pada dasarnya sangat terbuka dan toleran dengan semua pihak yang ingin memperkenalkan budaya lokal Bali kepada dunia luar.  Adanya anggapan bahwa adanya hal-hal yang kurang pantas atas tayangan tersebut akibat kurang koordinasi dan pengawasan oleh masyarakat setempat,  tidak sepenuhnya benar. Masyarakat Bali umumnya sangat toleran dan Bali sudah lama diekpose oleh masyarakat dunia. Namun sebaiknya semua pihak harus hati-hati dan tidak disalah gunakan,” tegas Wedakarna.

“Atas permintaan maaf dan kehadiran pihak Trans7 pada acara RDP kali ini saya mengangap masalah sudah selesai,”imbuh Wedakarna.

Sementara  peserta lainnya secara prinsip dapat menerima pernyataan maaf pihak Trans7 dan berharap hal serupa tidak diulangi pada tayangan berikutnya. “Sebagai masyarakat ketimuran jika ada kesalahan dan sudah mau minta maaf, tentu kita maafkan. Hal itu adalah budaya kita sebagai masyarakat Bali. Namun siaran hendaknya dapat menjaga kerukunan umat beragama, mendidik, menjaga persatuan serta  menjungjung semangat Bhinneka Tunggal Ika,” terang Ketut Risarja dari IHDN Denpasar.

Sementara kelian dinas banjar Sanggulan I Made Putra, juga meminta maaf kepada masyarakat Bali atas keresahan yang terjadi mengingat lokasi shooting dilakukan di wilayahnya. Putra menyampaikan, pihak Trans 7 sudah menemui aparat desa dua hari sebelumnya dan telah mendapat persetujuan untuk pengambilan gambar dengan harapan budaya dan keunikan yang ada di Desa Sanggulan Tabanan, khususnya Pura Peneduhan dan Goa Raja  dapat dikenal oleh banyak pihak.

Hal senada juga dijelaskan oleh Andi Chairil, namun tanpa bermaksud mengelak, kami mengakui bahwa ada kealpaan-kealpaan sehingga hal-hal yang tidak diperkenankan telah kami lakukan. Adanya ucapan MR.Tukul yang tidak sesuai dengan nilai budaya setempat, Andi Chairil mengatakan hal itu sepenuhnya spontanitas Mr. Tukul. Pada kesempatan ini pihak Trans 7 meminta maaf atas kekeliruan tersebut, dan juga menyampaikan permintaan maaf dari Mr. Tukul kepada masyarakat hindu di Bali. “Tidak benar kabar yang mengatakan Mr. Tukul tidak mau meminta maaf,”pungkas Chairil.

Atas kesimpulan RDP kali ini, seluruh peserta menandatangani berita acara untuk selanjutnya akan disampaikan kepada pihak terkait. MN-MB 

activate javascript