M. Adnan Rarasina

Jakarta (Metrobali.com)-

Relawan pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dalam Pilpres 2014 yang tergabung dalam Gema Nusantara menilai penyikapan kasus penyidik KPK Novel Baswedan oleh Pemerintahan Jokowi-JK kurang elegan dan tidak menunjukkan kewibawaan serta ketegasan sikap.

“Di era Jokowi penyikapan kasus Novel sangat amburadul alias ‘grasa grusu’ dan kurang elegan. Di masa SBY penyikapannya sangat elegan,cantik sekaligus menunjukan ketegasan sikap tanpa ada kesan intervensi kekuasaan terhadap penegakan hukum,” kata Koordinator Nasional Relawan Gema Nusantara M. Adnan Rarasina melalui keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (3/5).

Menurutnya, di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono manajemen komunikasi publik yang diterapkan kabinet SBY cukup paripurna. SBY dan orang-orang di sekitarnya memainkan peran masing-masing sesuai proporsinya.

Sedangkan di era Presiden Jokowi, kata dia, presiden memerintahkan kepada Kapolri melalui media massa, sehingga sarat kesan intervensi kekuasaan terhadap independensi penyidik Polri.

“Jika semua komunikasi publik dilakukan sendiri oleh presiden lantas apa fungsi dan tugas staf kepresidenan yang katanya penuh lulusan Harvard dibawah komando Luhut Pandjaitan dan dibayar mahal,” kata dia.

Adnan menyatakan etika ketatanegaraan penting diterapkan pemerintahan Jokowi-JK, dengan tidak turun tangan langsung menyikapi kasus Novel, agar menunjukkan ketegasan dan kewibawaan presiden serta wakil presiden.

“Jangan malah wakil presiden sampai harus turun langsung ke Mabes Polri hanya mengurusi soal Novel,” ujar dia.

Adnan mengatakan wajar bila kontroversi penangkapan Novel Baswedan jilid II beberapa saat lalu kembali menaikkan tensi politik, karena sensitivias publik yang tinggi terhadap kasus ini.

Namun dia menekankan manajemen kekuasaan dalam hal komunikasi publik merupakan poin penting yang harus dipertimbangkan Jokowi dan JK. AN-MB