Jokowi-JK12

Jayapura, (Metrobali.com)-

Barisan relawan pendukung Joko Widodo-Jusuf Kalla di Papua siap menggalang satu juta suara untuk pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2 pada Pilpres 9 Juli mendatang.

Demikian hal itu disampaikan oleh Koordinator Media, Relawan Papua untuk Jokowi-JK (Lapak), Jerry Omona di Jayapura, Minggu (8/6).

“Meskipun jumlah pemilih di Papua tidak menembus angka empat juta, namun suara Papua diharapkan dapat ikut menyumbang kemenangan bagi pasangan Jokowi-JK,” katanya.

Lapak, kata Jerry, menyadari bahwa suara di Papua hanya beberapa persen, tetapi itu tidak membuat pihaknya berkecil hati, karena satu suara pun sangat berharga untuk kemenangan Jokowi dan JK.

“Bila sejuta suara dapat digalang, minimal membuktikan bahwa penduduk di bumi Cenderawasih peduli pada pelaksanaan pemilihan Presiden. Dan kami yakin, pemilih di Papua akan mencoblos Pasangan Jokowi-JK pada Pilres nanti,” katanya.

Pemilih di Papua, lanjutnya, tidak hanya peduli pada Pileg maupun Pilgub, namun juga pada Pilpres. Sebab, siapapun yang terpilih menjadi orang nomor satu di republik ini dan sudah pasti akan berimbas juga pada pembangunan di Papua.

Untuk menggalang satu juta suara tersebut, Lapak akan melakukan berbagai cara kampanye melalui situs jejaring sosial, pengerahan dukungan lewat pesan singkat dan sejumlah aksi di jalan mengajak warga memilih nomor dua.

“Kami tidak memaksa seseorang untuk memilih, kami hanya menyampaikan visi dan misi dari pasangan calon, tetapi saya percaya, penduduk Papua sangat cerdas untuk tidak memilih Presiden yang sebelumnya telah membuat luka bagi mereka,” katanya.

Berdasarkan rekapitulasi data pemilih sementara hasil pemuktahiran Pilpres, Komisi Pemilihan Umum menyebut, jumlah pemilih di Provinsi Papua hanya mencapai 3,2 juta lebih. Sementara di Provinsi Papua Barat, berada di angka 600 ribu lebih. Yang mana perolehan ini jauh dibanding daerah lainnya di Indonesia seperti Jawa Barat dengan 32.812.483 pemilih dan Jawa Timur dengan 30.664.958 pemilih.

“Jokowi memang bukan sosok yang dekat dengan orang Papua, tetapi kesederhanaan dirinya telah menarik simpatik kami untuk mendukung dirinya,” ujar Jerry lagi.

Mantan Walikota Solo itu, kata Jerry, memiliki gaya, ciri dan sifat kepemimpinan yang elegan dan sesuai pilihan rakyat. Dalam teori ilmu politik, bila pemimpin mempunyai ketiganya yakni gaya, ciri dan sifat kepemimpinan yang baik, maka, sudah pasti ia layak memimpin sebuah bangsa atau negara.

“Pemimpin yang tegas bukan berarti harus pintar berorasi atau berteriak-teriak, pemimpin yang tegas adalah orang yang dapat membuktikan dirinya melalui kerja dan sejalan dengan keputusan yang diambil, bukan banyak bicaranya namun belum pernah membuktikan ia seperti apa,” katanya.

Baginya, pemimpin yang tegas dan jago berorasi, memang diperlukan pada saat masa Orde Lama di kepemimpinan Soekarno. Ketika itu, Bung Karno sapaan akrab Sukarno, harus tampil berapi-api untuk membakar semangat rakyat Indonesia melawan penjajah atau untuk mendorong nasionalisme.

Namun, gaya seperti itu tidak lagi dibutuhkan saat ini dengan situasi zaman yang telah berubah.

“Jadi jangan samakan Soekarno dengan zaman kekinian, sudah tidak sesuai. Yang diperlukan sekarang adalah pemimpin yang cerdas mengatasi semua masalah dengan mudah, dan pemimpin yang mau bekerja untuk rakyat, bukan pemimpin yang tiap harinya mengurus peternakan,” katanya.

Sebelumnya, dalam kampanye perdananya di Kota Jayapura pada Kamis (5/6) lalu, calon presiden Jokowi mengatakan, suara di Papua tidak begitu signifikan bagi Pilpres mendatang.

“Ini bukan untuk mencari suara, suara di Papua itu sangat kecil, tetapi karena Papua bagian dari Indonesia, dan saudara saudara kita adalah bagian dari kita, maka saya datang ke sini,” kata Jokowi.

Bersama ribuan pendukungnya di GOR Waringin Kota Jayapura. Jokowi mengajak penduduk Papua memilih nomor urut dua.

“Ekonomi di Papua harus dibangun, harus bisa seperti daerah lain di Indonesia, kalau sekarang orang dari daerah lain datang dan bekerja di Papua, suatu saat, harus ada orang Papua yang juga bisa bekerja di wilayah lainnya di Indonesia,” katanya.

Pada Pilpres 9 Juli 2014, diikuti oleh dua pasangan capres dan cawapres, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla. AN-MB