Hendra Betrix Hasanuddin

Jakarta (Metrobali.com)-

Relawan capres dan cawapres Joko Widodo-Jusuf Kalla menyarankan agar kubu capres dan cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa tidak emosional dalam berkompetisi di Pemilu Presiden 2014, namun bisa berkompetisi secara sehat.

“Lebih baik berdemokrasi dengan kegembiraan sebagaimana diungkapkan oleh Jokowi, daripada terus menyerang dan emosional dalam menghadapi dinamika politik yang berkembang”, kata Hendra Betrix Hasanuddin, relawan Jokowi yang tergabung di Aliansi Masyarakat Sipil untuk Indonesia Hebat (Almisbat) di Jakarta, Kamis (12/6).

“Seperti saat debat, Pak Prabowo tidak perlu emosional saat menghadapi pertanyaan soal HAM dari Pak JK karena itu pertanyaan yang biasa saja, bukan menyerang.” Cara seperti itu, kata dia, akan merugikan diri sendiri karena masyarakat memang tidak suka yang seperti itu.

Menurut dia, daripada menyerang lawan politik seperti ditunjukkan oleh Fadli Zon yang merendahkan JK, juga Fahri yang selalu menyerang Jokowi, alangkah baiknya bila melakukan hal-hal yang santun.

Beberapa orang pendukung utama di pasangan nomor urut satu yang saat ini mendapatkan banyak sorotan masyarakat karena beberapa kasus korupsi, seperti kasus korupsi haji yang mana Ketua Umum PPP Suryadharma Ali sudah ditetapkan sebagai tersangka, juga ada nama Wakil Ketua DPR yang namanya sudah sering disebut dalam kasus korupsi Al Quran, serta Ketua Umum PBB yang sudah dicekal dalam kasus Anggoro Widjojo.

“Bahkan penurunan elektabilitas PKS di pileg lalu itu juga kan diakui atau tidak karena kasus korupsi daging sapi impor yang melibatkan pimpinan mereka. Nah sekarang mereka ada di pihak Prabowo-Hatta. Jadi masyarakat nanti malah akan menilai ucapan Prabowo hanya seperti ‘maling teriak maling’, kan malah kontraproduktif,” tutur Hendra.

Menurut dia, lebih baik jika kampanye sekarang dengan hal kreatif, membeberkan prestasi, rekam jejak, dan konsistensi atas gagasannya.

“Pak Hatta kan sudah sekian lama di pemerintahan, kenapa tidak membeberkan prestasinya? Jangan malah menyerang Pak Jokowi. Karena nanti akan ada anggapan Pak Hatta tidak punya prestasi selama di pemerintahan sehingga tidak percaya diri membeberkannya. Lagi-lagi kan kalau ada anggapan seperti itu menjadi tidak produktif,” tuturnya.

Namun, Hatta akan kehilangan legitimasi moral ketika berbicara soal persamaan hak di depan hukum. Lah wong anaknya nabrak orang sampai meninggal tidak dihukum. Pemimpin itu harusnya menjadi contoh, ucapnya. AN-MB