Keterangan foto: Calon angggota DPD RI dapil Bali nomor urut 37 Dr. Ir. I Wayan Adnyana, S.H.,M.Kn., yang juga Ketua Yayasan Pendidikan Usadha Teknik Bali/MB

Denpasar (Metrobali.com) –

Mengusung misi mewujudkan kejayaan Bali, alias Bali Dwipa Jaya, Calon Angggota DPD RI dapil Bali nomor urut 37, Dr. Ir. I Wayan Adnyana, S.H.,M.Kn., siap totalitas ngayah untuk Bali. Apalagi Ketua Yayasan Pendidikan Usadha Teknik Bali ini juga sudah berbekal road map dan strategi perjuangan yang jelas dengan “formula 37” saat berjuang sebagai senator Bali di pusat nanti.

Lalu seperti apa sebenarnya latar belakang dan rekam jejak pria yang belakangan namanya masuk dalam daftar salah satu Calon Anggota DPD RI Dapil Bali Terpopuler dalam Google Trends (hasil penelusuran 20 Maret 2018 sampai 20 Maret 2019) hasil riset Bidang Humas, Data dan Informasi Persadha Nusantara itu?

Adnyana lahir di sebuah desa trasmigrasi yakni Seputih Mataram di Kabupaten Lampung Tengah. Sejak kecil Adnyana senang belajar walau dalam kondisi yang sulit di daerah transmigrasi.

Dengan semangat juang yang tinggi untuk menjadi orang yang sukses dan berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara, Adnyana tamat sebagai Juara Umum di SD Negeri 2 Seputih Mataram.

Ia kemudian mendapatkan bantuan pendidikan untuk melanjutkan ke SMP Xaverius di Tanjung Karang, Bandar Lampung dan kemudian melanjutkan ke SMAN 2 Tanjung Karang, Bandar Lampung.

Melihat semangat juang dan belajarnya, seorang anggota DPR RI asal Bali menawarkan untuk memindahkannya ke SMAN 28 Jakarta Selatan agar lebih mudah melanjutkan kuliah nantinya ke ITB.

Adnyana kecil memang bercita-cita jadi Insinyur seperti Bung Karno yang tamatan ITB, yang dikenalnya dari buku pelajaran sejak SD. Adnyana akhirnya pada tahun 1984 kuliah di jurusan Teknik Sipil ITB dimana Bung Karno juga pernah kuliah dan akhirnya Adnyana menjadi Insinyur Teknik Sipil ITB tahun 1990.

Itulah kekuatan mimpi (dream) atau cita yang jika kita tekun dan tabah pasti akan terwujud. Begitulah sepenggal kisah masa lalu Adnyana yang disampaikan di kediamannya yang asri dan style Bali sesuai konsep undagi Bali Asta Kosala Kosali di Jl. Tukad Batanghari, Denpasar, Sabtu (23/3/2019).

Adnyana melanjutkan bahwa setelah lulus ITB dirinya berkarir di PT. Mercu Buana Raya Contractors di Jakarta. Tahun 1995 Adnyana menjadi PNS di Kementrian Pekerjaan Umum (PU) di Jakarta dengan NIP : 110053210.

Namun karena sesuatu hal dan sakit cekutan yang tak kunjung sembuh, atas petunjuk Ida Pedanda di Griya Cimahi Bandung karena ada panggilan harus ngayah di Bali dari leluhur, Adnyana akhirnya pada tahun1997 mengundurkan diri dari PU dan merantau ke Bali.

Babak baru kehidupannya dimulai lagi di Bali yang kemudian Adanya bertemu jodoh dengan dr. Ni Nyoman Margiani, Sp.Rad dan sekarang telah dikaruniai dua orang anak yakni I Putu Agi Katasugi dan Ni Made Ayu Regina Karasugi.

Jadi Notaris, Hingga Dirikan Dua Kampus

Adnyana sambil menjalankan profesinya sebagai Insinyur Teknik Sipil, tahun 1999, ia melanjutkan kuliah di Program Ektensi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Udayana dan tamat tahun 2002. Pada tahun 2003 ia melanjutkan studi pada Magiater Kenotariatan FH Universitas Airlangga di Surabaya dan lulus tahun 2005.

Setelah menjalani magang di kantor Notaris, akhirnya 26 Desember 2006, Ir. I Wayan Adnyana, S.H., M.Kn diangkat sebagai Notaris di Kota Denpasar dan diangkat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) pada tahun 2008.

“Astungkara, atas karunia Tuhan dan leluhur, saya dapat mengabdikan diri kepada masyarakat di Bali” kata Adnyana yang dikenal dengan berbagai gagasan dan pemikirannya yang cemerlang untuk Bali.

Sesuai dengan janji dan tekadnya untuk mengabdi di Bali, Adnyana pada tahun 2007 mendirikan Yayasan Pendidikan Usadha Teknik Bali yang menyenggarakan Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Bali – ATRO BALI (www.atro-bali.ac.id), yang mencetak Tenaga Kesehatan Ahli Madya Radiologi (Radiographer).

Lulusan Atro Bali telah mengisi unit Radiologi di RSUP Sanglah dan seluruh rumah sakit daerah di Bali dan juga swasta, bahkan di Lombok, Manado, Freeport, dan beberapa daerah di Jawa Timur bahkan Jakarta. Dengan keberadaan Atro Bali, maka pelayanan kesehatan khususnya pelayanan radiologi seperti rontgen, CT Scan, MRI di Bali dapat terlayani dengan baik.

“Atro Bali menjadi satu-satunya PTS yang menyelenggarakan Pendidikan Radiographer di wilayah Indonesia Timur dan menjadi ranking 2 terbaik secara nasional dan telah banyak menerima penghargaan” jelas Adnyana.

Dengan semangat pengabdian, Adnyana selanjutnya mengajukan permohonan pendirian Bali Dwipa University kepada Kemenristekdikti dan telah menyiapkan kampus sementaranya di Jl. Pulau Flores No. 5 Denpasar. Ada10 program studi yang ditawarkan yakni Teknik Biomedis, Teknologi Pangan, Gizi, Farmasi, Psikologi, Sistem Informsi, Hukum, Akuntansi, Humas dan Bahasa Inggris.

Astungkara izin Bali Dwipa University (www.balidwipa.ac.id) telah diterima oleh Adnyana dari Menteri Ristekdiksi pada tanggal 31 Agustus 2018 dan saat ini telah mulai melakukan penerimaan mahasiswa baru Tahun Akademik 2019/2020.

“Atro Bali dan Bali Dwipa University ini saya dedikasikan untuk Bali dan Indonesia. Ini sebagai bentuk pengabdian saya kepada masyarakat Bali dan Indonesia” jelas Adnyana.

Wujudkan Bali Dwipa Jaya dengan “Formula 37”

Malang melintangkan di dunia profesional bahkan juga membangun pendidikan Bali tak membuat Adnyana lantas berpuas diri. Ia masih punya segudang cita-cita dan perjuangan untuk ikut berkontribusi mewujudkan kejayaan Bali, alias Bali Dwipa Jaya. Untuk itulah ia mantap melangkah sebagai Calon Angggota DPD RI dapil Bali nomor urut 37.

“Saya maju ke DPD RI sebagai bagian dari janji dan niatnya untuk mengabdikan dirinya untuk Bali yang jaya alias Bali Dwipa Jaya,” ungkap mantan Koordinator Daerah Bali DPP Partai Hanura itu.

Ketika duduk di DPD RI nanti  dalam mewujudkan Bali Dwipa Jaya, Adnyana akan melaksanakan konsep atau “formula 37” yang bermakna 3 langkah berupa “mengkoordinasikan (seluruh kekuatan Bali), mengupayakan dan mewujudkan 7 misi menuju Bali Dwipa Jaya.

Pertama penguatan peran desa adat dalam pelestarian seni, budaya dan adat Bali. Kedua, perlindungan sumber daya alam dan situs sejarah Bali. Ketiga pelestarian subak dan pertanian sebagai penunjang utama pariwisata Bali. Keempat, pengelolaan pariwisata untuk masyarakat Bali (pariwisata untuk Bali).

Kelima, pembangunan Bali untuk Bali Shanti lan Jagadhita (membangun Bali). Keenam, kemandirian dalam pengelolaan Bali melalui UU Provinsi Bali. Terakhir, peningkatan perimbangan keuangan Pemerintah Bali – Pemerintah Pusat (salah satunya untuk Dana Desa Adat).

Dengan konsep 37 ini, Adnyana optimis kedepan Bali khususnya masyarakat adat Bali akan lebih sejahtera dan Bali akan tetap terjaga kelestarian alam, adat dan budayanya (ajeg Bali).  “Dan akan tercapai Kejayaan Pulau Bali (Bali Dwipa Jaya) sebagaimana slogan dalam Lambang Provinsi Bali,” tandasnya.

Konsep 37 ini juga sangat sejalan dengan visi pembangunan “Nangun Sad Kerthi Loka Bali” dari Gubernur Bali  Wayan Koster yang merupakan kakak kelas Adnyana saat kuliah di ITB (Institut Teknologi Bandung).

Pewarta: Widana Daud
Editor: Hana Sutiawati