Kuta (Metrobali.com)-

Sebagai negara pengguna situs internet terbesar keempat di dunia, negara Indonesia sering menjadi sasaran dari para hackers yang membobol sistim pertahanan informasi baik di pemerintahan maupun swasta.

Meski demikian, sebaliknya Indonesia acapkali menjadi penyerang atau sering membobol situs-situs pemerintahan milik negara lain. Dan justeru yang berhasil membobol situs milik asing tersebut, adalah pemuda-pemudi Indonesia yang mengaku hanya sebatas bahan percobaan.

Hal ini disampaikan oleh Mariam Fatima Barata. Plt Dirjen Aplikasi Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informasi ini memaparkan, bahwa belum lama ini salah seorang pemuda Indonesia telah berhasil membobol Pandi, sebuah situs besar milik Amerika Serikat.

“Indonesia menjadi sasaran cukup banyak ada tindakan cyber crime ada kejahatan konten kejahatan pemanfaatan internetnya kalau dari internetnya itu hacker, dari kontennya banyaknya konten negatif yang masuk ke Indonesia,” ujarnya disela-sela CODE BALI 2016 di Kuta, Rabu (28/9).

Dan negara Indonesia termasuk negara yang berada di level tengah-tengah, antara negara yang diserang dan menjadi penyerang.

“Masyarakat Indonesia sendiri yang membuat yang namanya serangan, baik terhadap aplikasi atau website di Indonesia. Kemarin ini ada hacker yang menyerang Pandi atau website pemerintah lainnya, setelah kita telusuri ternyata hacker yang menyerang Pandi adalah hacker Indonesia bukan ingin menyerang tapi mereka ingin coba-coba,” bebernya.

Langkah pemerintah Indonesia sendiri melalui Kementerian Komunikasi dan Informasi telah mengeluarkan Peraturan Menteri Nomor 4 Tahun 2016, tentang Sistem Manajeman Pengamanan Informasi (SMPI).

“Kita sedang menyusun sistim keamanan informasi untuk pemerintah, Permennya sudah turun.  Dan semua kementerian harus menerapkan keamanan informasi di kementeriannya masing-masing,” tandasnya.

Ditambahkan Mayor General RET Dr joko Setiyadi, Kepala Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg), bahwa saat ini pihaknya tidak pernah berpikir untuk siapa menyerang siapa. Melainkan, bagaimana upaya Indonesia sendiri untuk membangun atau mempersiapkan diri terhadap ancaman dalam tindak kejahatan teknologi atau cyber crime.

“Saat ini putra putri kita sudah pintar, mereka melakukan percobaan yang aneh-aneh ada yang ke swasta dan pemerintah. Karenanya kita berusaha memberikan wadah bagi mereka, jangan sampai disalahgunakan. Jadi kita lebih mempersiapkan sistim pertahanan informasi kita,” ujarnya didampingi Komite CODE BALI 2016 Rudi Lumanto.

Sebagaimana lembaga sandi negara, berbagai jenis serangan kerap kali datang ke Indonesia namun menurutnya, serangan tersebut tidak terlalu besar dan masih bisa diatasi.

“Serangan iseng-iseng yang serius ada silahkan saja, tapi bagi lembaga sandi negara tidak terlalu masalah. Kita lebih mempersiapkan diri membuat pertahanan,” tegasnya. SIA-MB