Denpasar (Metrobali.com)-

Ratusan demonstran dari sejumlah lembaga swadaya masyarakat, baik nasional maupun internasional, kembali menggelorakan penolakan terhadap Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

“Kami mengecam kebijakan WTO. Bubarkan WTO,” kata Achmadsyah koordinator aksi dari Gerakan Serikat Buruh Independen (GSBI), Achmadsyah, di Denpasar, Jumat (6/12).

Unjuk rasa bersama ratusan demonstran baik dalam maupun luar negeri itu dilakukan di Lapangan Timur Puputan Renon yang mendapat pengawalan puluhan polisi dan intel.

Meski cuaca Kota Denpasar cukup terik, sama sekali tidak menyurutkan para demonstran yang menyuarakan penolakan terhadap WTO, pada hari terakhir Konferensi Tingkat Menteri WTO di Nusa Dua, Kabupaten Badung, itu.

Tak hanya dari buruh, organisasi dari petani, mahasiswa, dan organisasi lainnya juga turun ke jalan menyuarakan penolakan dari kebijakan WTO yang dinilai tidak memberikan manfaat kepada masyarakat kecil.

“WTO itu kapitalis, tidak ada manfaat bagi masyarakat kecil,” katanya.

Selain membentangkan spanduk dan berorasi, enam orang pria dengan tidak mengenakan pakaian menuliskan penolakan organisasi perdagangan dunia itu di badan mereka dengan tulisan “Junk WTO”.

Sebelumnya pada Kamis (5/12) di GOR Yowana Mandala Tembau, Denpasar, menuntut dibubarkannya WTO karena memberikan dampak kepada perempuan terutama di sektor pertanian yang sebagian besar pekerjanya merupakan wanita.

Hampir setiap hari selama berlangsungnya Konferensi Tingkat Menteri kesembilan WTO di Nusa Dua, gelombang penolakan dan protes terkait kebijakan WTO terus disampaikan LSM dan organisasi lainnya.

Gelombang penolakan terhadap WTO tak hanya terjadi di Denpasar melainkan pula di kawasan Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) tempat berlangsungnya sidang WTO.

Pihak panitia sendiri mengizinkan LSM yang terdaftar dan mendapatkan identitas khusus melakukan aksi unjuk rasa namun dengan tidak berteriak dan hanya diperbolehkan membentangkan spanduk. AN-MB