Nenek Rani

MINGGU ( 24/8 ) sekira pukul 11.00 wita Metrobali.com memacu kendaraan menuju Dusun/Desa Gegelang Karangasem. Tidak segampang yang dikira agar sampai di tempat yang dituju.  Untuk mencapai lokasi Gegelang berawal dari jalan wilayah Desa Besan dan naik ke Bukit Abah yang masuk wilayah Dawan Klungkung.

Menaiki bukit Abah harus ekstra hati-hati karena jalan yang dilalui tidaklah semulus jalan di kota, krikil krikil jalan berserakan terlepas tidak itu saja malah ada jalan berlobang di kiri dan kanan jurang yang siap sewaktu waktu menampung namun hal itu tidak membuat ciut nyali Metrobali untuk sampai ditujuan. Sekira 15 menit perjalanan tibalah di wilayah tempat yang dituju yaitu Dusun/Desa Gegelang Karangasem. Diwarung satu satunya yang ada salah satu tokoh masyarakat setempat telah menunggu kedatangan Metrobali untuk mengantar kerumah warga yang tidak mampu.

Belum sampai digubug yang dituju dengan jarak 50 meter terpantau gubug dinding dari bambu yang dipecah sebagai penyekat. Semakin dekat tampak dinding bambu itu tidak sampai rapat dipasang hingga terlihat adanya lobang lobang. Begitu masuk ke gubug berukuran 3×4 meter tampak bayi 5 bulan terlelap tidur seolah tidak peduli dengan kedatangan Metrobali.

Sementara kakak kandungnya tanpa mengenakan baju bersama adik perempuan dengan pakain yang lusuh asyik bermain. Bantuan dari pemerintah seperti Raskin hanya sekali diterima dan selama ini tidak pernah lagi sampai ketangannya. Bahkan kartu jaminan kesehatan JKBM untuk keluarga ini belum juga diterima. Hal itu disampaikan Komang Mertayasa 32 yang ditemani Istrinya Ni Wayan Pancali Astuti Dewi 22. “ Ya hanya sekali raskin yang saya terima, selanjutnya hingga kini raskin itu tidak lagi diterima, “ ungkapnya polos sambil mengelus kedua putara putrinya.

Keluarga Nenek Rani

Diakui kalau tanah yang ditempati warisan leluhur. Ia katakan hanya bekerja sebagai penyuling arak dan hasil yang didapat menurutnya tidak seberapa dengan tanggungan keluarga 3 anak yang masih kecil kecil dan istri. “ Hasil dari menyuling arak cukup untuk makan pak, “ ujarnya.  Satu minggu hanya 15 liter arak dan dijual per liter seharga Rp 8 ribu, “ ujarnya. Ia katakan kalau tanah yang ditempati warisan nenek moyang dan ditanami pohon kelapa yang bisa diambil airnya untuk disuling menjadi arak ada 8 pohon.

Perlu diketahui kalau pasangan suami istri ini dikarunia 3 putra putri yang masih kecil kecil diantaranya anak pertama diberi nama I Gede Sukma 5, kedua Ni Made Ayu Agustini 3 dan balita yang baru berumur 4 bulan diberi nama Ni Komang Ayu Febriyani. Keluarga ini tidak punya pekerjaan lain selain sebagai penyuling air kelapa menjadi arak.

Sementara itu, Metrobali oleh tokoh masyarakat setempat atas nama Nyoman Wirta 38 mengajak untuk menemui Nenek Rani 80 yang juga warga Gegelang hidup sebatang kara. Ditemui di Gubugnya Nenek Rani sedang membereskan kayu bakar yang ditaruh didalam Gubug berukuran 2×3 meter. Tampak Gubug yang ditempati berdinding seadanya yang ditambal tambal menggunakan bedeg dan karung plastik. Melihat hal itu terasa Metrobali miris dan sangat prihatin dengan keadaan Nenek Rani. Gubug itu juga dijadikan untuk tidur dan memasak. “ Tiyang pasrah nyalanin hidup niki pak, “ ujarnya dengan bahasa Bali yang artinya “ Saya pasrah menjalani hidup ini”

Untuk makan sehari-hari hanya mengandalkan belas kasihan tetangga itupun jarang, imbuhnya sambil menyekat keringat. Ia katakan kalau bantuan dari pemerintah seperti Raskin tidak pernah diterimanya. Begitu juga bantuan yang lainnya. “ Tyang nenten polih bantuan napi napi saking pemerintah, “ ( Saya tidak dapat bantuan apapun dari pemerintah ), ungkapnya.

Untuk diktehui kalau Gubug yang ditempati Nenek Rani ini jauh dari tetangga yang ada. Gubug itu pada malam hari diterangi lampu sjenis lilin yaitu dimana batok kelapa yang dibuat seperti piring diisi minyak ikan untuk sumbu dari kapas kemudian dinyalakan.

Nenek Rani mengaku jika sakit berusaha untuk menyembuhkan sendiri tidak ada satupun tetangga yang mengetahui. Bahkan terkadang dirinya mengaku pernah sakit nyeri tulang selama satu bulan itupun diakui sendiri menahan sakit. ‘ Punya anak satu satunya yang masih hidup dan sudah berkeluarga tidak pernah menengok apa lagi mengasi makan, “ ungkapnya. Diakui kalau nenek Rani mempunyai tiga putra putra namun dua almarhum sedangkan putranya sudah kawain bahkan punya cucu. “ Tyang sampun kutange, ( Saya sudah dibuang ) “ ujarnya pasrah.

Sementara itu sebagai salah satu tokoh masyarakat Nyoma Wirta mengakui kalau warga yang ada di Gegelang banyak yang tidak mampu. Diakui kalau dirinya sudah pernah menyampaikan keadaan warga gegelang ke pada Kadus namun hingga kina tidak ada tanggapan. “ Saya harap kepada pemerintah karangasem untuk melihat keadaan warganya yang banyak tercecer tidak mampu, “ harapnya. Ia katakan kalau Kadus Gegelang bernama Nengah Tambuana Arimabawa jarang datang ketempat ini, jika keperluan mendesak baru datang. “ Kadus jarang kesini, kalau keperluan mendesak baru dia datang, “ ujar Wirata. Mudah-mudahan instansi terkait Karangasem tanggap dengan keadaan warganya yang ada di Dsn/Ds Gegelang ini, harapnya.

Laporan Wartawan Metro Bali

Nyoman Susarjana