Foto: Chairman of Indonesia Tourism Outlook (ITO) I Made Ramia Adnyana S.E.,M.M., CHA., yang juga caleg DPRD Bali dapil Karangasem  nomor urut 3 dari PDI P.

Badung (Metrobali.com)-

Chairman of Indonesia Tourism Outlook (ITO) I Made Ramia Adnyana S.E.,M.M., CHA., mengatakan tahun 2019 mendatang adalah era bagi wisatawan atau turis milenial yang menjadi salah satu pasar yang cukup dominan dan pasar utama yang menarik digarap pelaku industri pariwisata.

“Kecenderungan sekarang yang berkembang adalah turis milenial. Bahkan tahun depan akan didominasi turis milenial ini,” kata Ramia Adnyana ditemui di Hotel Sovereign Kuta, Kamis (8/11/2018).

Pembahasan soal turis milenial ini juga menjadi salah satu topik utama dalam Indonesia Tourism Outlook (ITO) Conference 2019  yang akan digelar di Ayodya Resort Bali, Kawasan ITDC Nusa Dua, Jumat 23 November 2018. Konferensi tahunan ini akan memproyeksikan dan memprediksi tren perkembangan industri pariwisata selama setahun ke depan baik dari sisi peluang maupun tantangannya.

Menurut Ramia yang juga caleg DPRD Bali dapil Karangasem  nomor urut 3 dari PDI P itu,  turis milenial ini bisa dikategorikan bagi mereka yang berumur 18- 35 tahun atau yang lahir di tahun 1980-an hingga menjelang tahun 2000-an. Turis milenial ini ada beberapa cluster lagi. Yakni mereka yang sudah tergolong mapan dan mendapatkan pekerjaan tetap. Serta mereka yang baru memasuki dunia kerja atau dengan masa kerja baru beberapa tahun.

Turis milenial ini menempatkan liburan, traveling atau berwisata sebagai salah satu aspek penting dalam kehidupan pribadi mereka. “Hal ini juga sejalan dengan tingkat penghasilan yang kian bertambah,” ujar Ramia yang juga Wakil Ketua Umum IHGMA (Indonesian Hotel General Manager Association) itu.

Berdasarkan data Kementerian Pariwisata (Kemenpar) wisatawan milenial akan terus tumbuh dan menjadi pasar utama. Diproyeksikan pada 2030 mendatang, pasar pariwisata Asia didominasi wisatawan milenial berusia 15-34 tahun mencapai hingga 57 persen. Di Tiongkok wisatawan milennial akan mencapai 333 juta, Filipina 42 juta, Vietnam 26 juta, Thailand 19 juta, sedangkan Indonesia 82 juta.

Lebih dari 50 persen dari tiap pasar pariwisata Indonesia sudah merupakan milenial di 2019. Beberapa negara yang wisatawan milenial meningkat diantara lain Tiongkok, India, Singapura, dan negara Asia Tenggara lainnya.

Untuk itu para pelaku industri pariwisata tidak boleh ketinggalan membidik turis milenial ini dan harus menyesuaikan layanannya dengan kebutuhan mereka yang cenderung berbeda dengan wisatawan dari generasi sebelumnya. “Target pemerintah juga agar kita tidak bisa lepas untuk memforecast dan membidik turis milenial ini,” ujar Ramia Adnyana yang juga GM Hotel Sovereign Kuta ini.

Dijelaskan, ada sejumlah karakteristik atau prilaku khas turis milenial ketika mereka berlibur atau berwisata. Pertama, mereka ingin pelayanan yang serba cepat. Kedua, mengutamaka booking atau memesan jasa wisata baik tiket pesawat, hotel, atraksi wisata secara online.

Ketiga, turis milenial juga cenderung melakukan booking last minute atau pemesanan di detik-detik terakhir. Mereka juga sangat melek teknologi dan cenderung mencari informasi secara online.

Sementara berdasarkan riset yang dilakukan oleh penyedia teknologi agen perjalanan, Amadeus, dalam laporan Journey of Me disebutkan ada beberapa hal yang mewakili karakter wisatawan atau turis generasi milenial di Asia Pasifik. Pertama, mereka cenderung berbagi bujet untuk mengurangi pos pengeluaran. Sebanyak 42 persen milenial mengaku menggunakan aplikasi sharing economy, biasanya untuk transportasi dan akomodasi.

Kedua, keluarga dan teman memberi pengaruh untuk berwisata. Sebagian besar milenial Indonesia menjawab keluarga dan teman, diikuti oleh situs-situs booking online atau perjalanan, dan kanal-kanal media sosial.

Ketuga, turis milenial merupakan wisatawan yang berani. Dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya, milenial memiliki kecenderungan kecil untuk menghindari destinasi yang menjadi tempat serangan teror, politis atau demonstrasi sosial, atau destinasi yang mungkin akan terkena bencana alam seperti gempa bumi.

“Pelaku industri pariwisata harus selalu mengantisipasi kecenderungan-kecenderungan  turis milenial ini terutama di destinasi pariwisata. Sebab turis milenial akan bisa mengubah wajah industri pariwisata,” kata Ramia yang juga Commisioner of Global Hospitality Expert (GHE).

Untuk menghadapi karakteristik turis milenial yang sangat tech savy (melek teknologi) dan adiktif dengan gadget ini, para pelaku industri pariwisata tidak cukup hanya mengandalkan aspek-aspek hospitality  seperti keramahtamahan dan pelayanan yang baik. Namun juga harus diimbangi dengan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi dan teknologi digital dalam dalam pelayanan kepada wisatawan dan proses bisnisnya.

“Inilah revolusi industri 4.0 dimana perkembangan teknologi menuntut kita untuk adaptif dengan karakteristik turis milenial dan perkembangan teknologi digital,” tegas Ramia.

Ia mencontohkan akses Wifi yang cepat di objek wisata atau di tempat pelayanan wisata seperti hotel dan restoran merupakan hal wajib dan salah satu kebutuhan utama yang wajib disediakan penyedia jasa. Bahkan tidak cukup hanya akses internet dengan jaringan 4G tapi sudah harus mengarah ke 5G. “Turis milenial sangat adiktif dengan gadget. Mereka ingin selalu online dimanapun mereka berada,” imbuh Ramia.

“Begitu juga soal informasi  tentang destinasi pariwisata harus dapat diakses dengan mudah, lengkap dan cepat dalam berbagai bentuk multimedia oleh turis milenial ini,” lanjut Ramia.

Pengelola hotel juga mulai menerapkan PMS (Property Management System) berbasis cloud (komputasi awan). “Sebab wisatawan ketika mau check in di hotel sudah tidak lagi mengisi formulir dengan kertas tetapi dengan formulir digital dan tanda tangan digital,” terang Ramia.

Ia juga mencontohkan berbagai upaya juga telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Badung dalam menyongsong turus milenial ini. Misalnya menggandeng The Bali Bible (Travel Guide Australia) sebagai upaya memulihkan kunjungan wisawatan pasca erupsi Gunung Agung. Caranya wisatawan menulis rencana liburan (plan trip) ke Bali yang ideal dengan hadiah berlibur ke Bali.

 Lalu ada Badung Comamd Center yang dibangun di kawasan Pusat Pemerintah (Puspem) Badung dirancang menjadi pusat informasi dengan memberikan berbagai informasi data yang tepat dan akurat dengan teknologi informasi kekinian, baik bagi masyarakat maupun pemerintah termasuk bagi wisatawan.

“Selain itu ada sekitar 891 titik WiFi gratis di destinasi pariwisata Badung yang siap memanjakan wisawatan dengan akses internet cepat dan gratis,” pungkas Wakil Ketua Bidang Komunikasi dan Informasi PHRI Badung itu.

Pewarta : Widana Daud

Editor : Whraspati Radha