Ket foto : Walikota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra saat mendem pedagingan di Parahyangan Banjar Pekandelan, Desa Sanur Kauh, Denpasar, Rabu (12/9).

Denpasar, (Metrobali.com)-

Krama Banjar Pekandelan, Desa Sanur Kauh menggelar upacara Melaspas dan Mendem Pedagingan pada Rabu (12/9) di balai banjar setempat. Dilaksanakanya kegiatan tersebut serangkaian renovasi parahyangan yang telah rampung.  Walikota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra yang hadfir dalam kesempatan tersebut turut mendem pedagingan di Palinggih Ratu Gede Penyarikan. Turut hadir dalam kesempatan tersebut Anggota DPRD Provinsi Bali, IB Gede Udiyana, serta OPD terkait lainya.

Klian Adat Banjar Pekandelan,  IB Putu Purwa saat diwawancarai disela kegiatan menjelaskan bahwa pelaksanaan upacara melaspas dan mendem pedagingan ini serangkaian karya Melaspas, Mendem Pedagingan dan Padudusan Alit di Banjar Pekandelan. Adapun rangkaian kerya ini telah dimulai sejak 9 September lalu hingga 6 Oktober mendatang yang puncak karya jatuh bertepatan dengan rahina Buda Manis Dukut.

“Karena pemelaspasan telah rampung maka krama banjar melaksanakan karya guna mengembalikan fungsi pelinggih pasca pelaksanaan renovasi, sehingga apa yang menjadi harapan kita bersama dapat terwujud yakni keseimbangan alam semesta,” ujarnya.

Lebih lanjut dikatakan, adapun keseluruhan bangunan parahyangan Banjar Pekandelan telah direnovasi. Adapun jenis pelinggihnya yakni Palinggih Ratu Gede Penyarikan, Palinggih Taksu, Palinggih Tajuk, serta Candi Bentar dan Penyengker.  Upacara dalam rangka memberikan kekuatan atau memasukan kekuatan magis pada bangunan pelingih yang dikenal dengan upacara melaspas ini dipuput oleh Ida Pedanda Gede Jelantik Mas dari Griya Delod Pasar, Sanur.

Sementara Walikota Rai Mantra menyambut baik kegiatan upacara yang digelar oleh masyarakat setempat. Dimana, dengan asas kebersamaan dan gotong royong ini segala bentuk pembangunan dan yadnya dapat dilaksanakan dengan baik dan tulus ikhlas.

“Ini menadakan bahwa rasa bhakti yang dimiliki oleh masyarakat dengan menggelar upacara seperti ini sangat besar dan rasa ini harus tetap dijaga kedepannya sebagai upaya penerapan ajaran Tri Hita Karana yaang salah satunya adalah menjaga keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan,” pungkas Rai Mantra. (Ags/HumasDps)

Editor      : Whraspati Radha